TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pecinta musik folk menghadiri Folk Music Festival (FMF) 2017 di Lapangan Kusuma Agrowisata, Batu, Jawa Timur, 15 Juli 2017. Penonton terdiri mulai anak-anak, remaja sampai manula. "Terjual 5 ribu tiket seharga Rp 150 ribu," kata Creative Director, Anita Silvia.
Para penonton tak hanya datang dari Jawa Timur, namun juga berdatangan dari sejumlah Kota di Jawa. FMF merupakan tahun ketiga, sebelumnya tahun pertama diselenggarakan di Surabaya dan kedua di Malang.
Batu dipilih sebagai lokasi FMF 2017, lantaran suhu udara yang dingin dan pemandangan alam nan menawan. Lokasi tepat di bawah lereng Gunung Panderman. FMF 2017 didesain dekat dengan alam, tata letak panggung tepat berada di pemandangan gunung Panderman.
Baca: Ketika Selera Musik Berbeda, Begini Curhat Kaesang Pangarep
Meja kursi taman tertata di beberapa sudut lapangan Kusuma Agrowisata. Penonton menggelar tikar, karpet sambil duduk bersimpuh. Tampak para penonton menikmati penampilan para musisi folk yang memeriahkan FMF 2017.
Folk Music Festival yang di selenggarakan oleh Soledad And The Sisters Company, katanya, lebih dari sekedar festival. Berharap festival menjadi ruang bertemu, dan penggerak perubahan spsial kaum muda di Jawa Timur.
"Menjadi medium gerakan sosial, saling bertemu, berkumpul, menyediakan ruang untuk saling berkomunikasi, berdialog melalui musik dan kata," katanya.
Baca: iKon Siap Menggebrak Blantika Musik dengan Dua Lagu Andalan
Folk Music Festival menghadirkan sederet musisi folk yang berbeda rasa bermusiknya. Dari AriReda, Payung Teduh, Float, Iksan Skuter, Bin Idris, Monita Tahalea, Jason Ranti, Danilla, Pagi Tadi, Silampukau, Stars & Rabbit, Sandrayati Fay, hingga Irine Sugiarto dan Manjakani.
Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta, Ulia Bekti datang bersama temannya Yudith rela menumpang kereta untuk menonton festival. Dia tertarik musik folk karena lirik yang mengandung nilai sastra. Musik mendayu yang penuh mana tak hanya menyuarakan cinta tetapi juga menyuarakan aspirasi politik, dan lingkungan.
"Saya menanti Tadi Pagi. Lagunya menarik dan keren," katanya. Tadi Pagi merupakan Band asal Malang yang menyuarakan isu lingkungan hidup. Album perdana direkam di Ranu Pani dan sebagian penjualan album disumbangkan untuk konservasi Ranu Regulo di lereng Gunung Semeru.
Baca: Perjalanan Musikal Chris Cornell Bersama Tiga Band
Simak perkembangan Folk Music Festival dan berita musik lainnya hanya di kanal Seleb Tempo.co.
EKO WIDIANTO