TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan media sosial memicu orang untuk mengunggah foto, video, maupun tulisan untuk menampilkan kehidupan mereka secara sempurna. Kegemaran mengekspos diri merupakan bagian dari sifat narsis atau kecintaan berlebih terhadap diri sendiri. Ini sebabnya, generasi milenial yang merupakan pengguna media sosial terbanyak diidentikkan dengan sifat narsis.
Kini, sebagian generasi milenial telah memasuki fase menjadi orang tua. Adakah pengaruh sifat narsis terhadap pola asuh anak? Dalam buku Should I Stay or Should I Go? Surviving a Relationship with a Narcissist, Ramani Durvasula, profesor psikologi Universitas Negeri California, AS, memaparkan bahwa sifat sombong dan serakah merupakan inti sifat narsis.
Sebenarnya, setiap orang mempunyai bibit sifat narsis, karena sifat ini termasuk tahap standar dari pertumbuhan manusia. Ketika sifat narsis mendominasi dan mulai memengaruhi fungsi seseorang dalam lingkungan keluarga dan pekerjaan, sifat itu bisa problematik dan mengarah ke gangguan kepribadian.
Hasil penelitian Durvasula bersama W. Keith Campbell, profesor psikologi dan pakar narsisisme Universitas Georgia, AS, mengemukakan bahwa sifat narsis pun berpengaruh pada pola asuh anak. Orang dengan kepribadian narsis akan menempuh satu dari dua cara dalam mengasuh anak. Pertama, mereka kehilangan rasa tertarik pada anak karena terlalu mementingkan diri sendiri. Kedua, mereka melihat anak sebagai refleksi diri dan menjadi orang tua yang terlibat secara berlebih dalam kehidupan anak.
Cara kedua banyak ditampilkan lewat akun media sosial orang tua generasi milenial. Ciri-cirinya, akun media sosial mereka dipenuhi foto dan video anak dari berbagai sudut terbaik, dihiasi keterangan panjang lebar yang menjelaskan betapa sempurnanya kehidupan mereka. Lewat akun media sosial, diciptakan kesan bahwa mereka adalah orang tua dengan metode pengasuhan anak terbaik, yang menghasilkan anak-anak dengan karakter terbaik, membanggakan, dan mengagumkan.
Sayangnya, jika “pencitraan” di media sosial itu bersumber dari sifat narsis, Durvasula dan Campbell menilai, di balik akun media sosial itu sebenarnya tidak ada koneksi perasaan antara orang tua dan anak. “Orang tua narsis menggunakan anak sebagai rute untuk keberhasilan mereka. Mereka merasa lebih baik dan terlihat baik karena keberhasilan anak mereka,” kata Campbell.
Baca juga:
Demi Anak, Begini Trik Agus Ringgo Memilih Pekerjaan
Stop Pornografi, Simak 6 Alasannya
Posisi Tempat Duduk Tentukan Prestasi Anak? Ini Faktanya