Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

image-gnews
I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Iklan

TEMPO.CO, Tabanan -I Putu Sunarta, 47 tahun, sejenak memainkan gitar akustik buatannya yang bermerek Divart. Sunarta telah mendaftarkan Divart sebagai merek pada 2014. Intro lagu Soldier of Fortune dari grup musik Deep Purple dimainkan Sunarta untuk menjajal suara gitarnya. "Jenis gitar akustik tetap produk unggulan Divart," katanya pekan lalu, Selasa, 11 Juli 2017.

Sunarta adalah seniman ukir yang kini bekerja sebagai pembuat gitar. Semua gitarnya diproduksi di rumahnya di Banjar Dukuh, Desa Penebel, Kabupaten Tabanan. Di area rumahnya seluas 3 are itu, Sunarta menyediakan tempat seluas 5x12 meter di halaman untuk membuat gitar.

Menurut Sunarta, gitar bermotif ukiran ornamen khas Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi penggemar alat musik berdawai itu. "Memang jadi produk unggulan (motif ukiran). Saat di Pesta Kesenian Bali tahun 2014, gitar saya dibeli orang Belanda dan Prancis," ujarnya.

Bahkan belum lama ini ia baru saja menyelesaikan gitalele pesanan turis Belanda yang berlibur di Bali. Pekan ini, Sunarta juga baru saja menyelesaikan pesanan dari Lampung untuk membuat gitar akustik.

Minat Sunarta dalam dunia seni sesungguhnya bukanlah di bidang musik, tetapi ukiran. "Bermain musik cuma hobi saja. Pernah punya grup musik tapi sekadar iseng-iseng saja," tuturnya.

Pada 1994, ia ingin sekali memiliki gitar untuk dimainkan sendiri. Namun kondisi keuangan tidak memungkinkan dia mewujudkan keinginannya itu. Gitar model Ibanez RG warna merah adalah karya pertamanya, bermodal contoh dari gitar temannya, juga kemampuan dan peralatan seadanya.

Pada tahun itu Sunarta sudah belajar mengukir kayu untuk menghias pintu. Pertengahan 1996, ia belajar mengukir di Ubud, Kabupaten Gianyar. Penghasilan sebagai pengukir sudah terasa bernilai untuk kehidupannya.

Sunarta juga pernah berbisnis airbrush di rumahnya pada 1998. Ia melayani pesanan untuk mengecat mobil dan sepeda motor. Hanya bertahan sampai 2002 ia kembali ikut bekerja mengukir dengan orang lain.

Pada 2006, Sunarta berhenti mengukir. Ia kemudian diajak salah satu temannya mengurus studio musik. Di sana ia belajar memperbaiki gitar yang rusak. Kemampuan memperbaiki gitar itu membuat salah satu pelanggan studio meminta Sunarta membuat gitar jenis Ibanez JS.

Sama seperti  pada 1994, ia mengerjakan pesanan itu dengan kemampuan dan alat yang terbatas. Namun dari kesempatan itu ia mulai fokus menekuni cara membuat gitar. "Tahun 2008 dipicu kemajuan teknologi akses internet banyak dapat informasi," tuturnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika sudah mahir, pesanan gitar pun melonjak. "Awalnya bertahap dari hanya di (kabupaten Tabanan) saja. Kemudian sampai se-Bali," ujarnya.

Sunarta mematok harga gitar akustik Divart ukiran kisaran Rp. 4 juta. Paling mahal bisa menembus harga Rp. 12 juta. Sedangkan gitar berwarna polos kisaran harga Rp. 1,5 juta sampai Rp. 2,5 juta.

Adapun gitar elektrik yang berwarna polos dipatok harga paling murah Rp. 1,5 juta, sedangkan tertinggi Rp. 6 juta. Gitar elektrik jenis ukiran berkisar antara Rp. 8 juta sampai Rp. 10 juta.

Media sosial Facebook ia gunakan untuk memperluas jaringan pemasaran. Pada 2010 Sunarta membuat akun Facebook bernama Bengkel Gitar Guru. Nama Divart dipilih menjadi merek karena terdiri atas dua kata yang berkesan baginya. "Div bahasa Sanskerta artinya sinar dan art dari bahasa Inggris, berarti seni," katanya.

Dalam menjalankan bisnisnya,  Sunarta saat ini dibantu dua anaknya. Anak pertama, I Gede Putu Susila Dananjaya, 18 tahun yang hobi menekuni musik membantu ayahnya untuk menguji kualitas gitar dalam tahap penyelesaian akhir.

"Saya mengembangkan hobi musik untuk cek kontrol nada, fals atau tidak," tutur I Gede Putu Susila Dananjaya.

Pemasaran melalui media sosial, Sunarta dibantu anaknya yang kedua, Gede Made Visnha Palguna, 16 tahun. Visnha membuat akun Instagram, Divart_Guitar_Official yang dibuat sejak awal  2017. "Inisiatif saya untuk jangkauan, Instagram lebih banyak," kata Gede Made Visnha Palguna.

BRAM SETIAWAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.


Jakarta Berubah, Monumen Penting Karya Edhi Sunarso Kesepian

5 Januari 2016

Patung Pembebasan Irian Barat karya Edhi Sunarso di Lapangan Banteng, Jakarta. Dok. TEMPO/Bernard Chaniago
Jakarta Berubah, Monumen Penting Karya Edhi Sunarso Kesepian

Edhi membangun tiga monumen penting di Jakarta: Selamat Datang,
Dirgantara di perempatan Pancoran, dan Pembebasan Irian Barat di
Lapangan Banteng.