TEMPO.CO, Lamongan - Belasan mantan kombatan dan napi terorisme berikrar sumpah setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jumat 21 Juli 2017.
Ikrar kesetiaan ini diucapkan di depan sejumlah pejabat penting Negara hadir meresmikan Yayasan Lingkar Perdamaian—yayasan digagas Ali Fauzi—mantan kombatan Afghanistan dan Moro.
Hadir di acara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Inspektur Jenderal Suhardi Alius, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Sidarto Danusubroto, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dan juga sejumlah pejabat penting di Jawa Timur dan Bupati Lamongan Fadeli.
Baca : Poso Jadi Basis ISIS, Wiranto: Kami Akan Gempur Habis-Habisan
Mereka ikut menyaksikan ikrar kesetiaan NKRI yang dibacahan Ali Fauzi saat digelar Dialog Kebangsaan dan Peresmian dan rehab Maskid Baitul Muttaqin di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan.
Bunyi ikrar kesetiaan itu, ‘Bersama cegah terorisme, Kami cinta Indonesia, merawat Ukhuwah, merajut perdamaian, Hidup Indonesia”. Menurut Ali Fauzi, 48 tahun, dahulu berlawanan dengan polisi tetapi sekarang berkawan. Dahulu ingin meruntuhkan NKRI, sekarang ingin bangun NKRI bersama-sama. “Ini tekat kami bersama,” ujar pria yang pernah hidup menjadi kombatan lebih dari empat tahun di Moro, Filipina itu.
Mantan teroris yang ikut mengucap ikrar, di antaranya KH Ghozali, komandan perampokan Bank CIMB. Juga Rambo nama alias yang pernah dua kali masuk penjara karena menembak polisi. Ada juga Yudi mahasiswa IPDN dan Sofyan penembak polisi.
Tercatat ada lebih dari 70 mantan kombatan dan narapidana teroris yang bergabung di Yayasan Lingkar Perdamaian.”Jumlahnya tentu akan terus bertambah,” papar Ali Fauzi.
Kepala BNPT Irjen Pol Suhardi Alius menyebut program yang digagas di Yayasan Lingkar Perdamaian cukup banyak. Di antaranya ikut membantu mengurai masalah, soal penyebab kenapa ada masyarakat yang menjadi radikal. “Saya berharap, Pak Bupati Lamongan (Fadeli) mengirim pendidik memberi materi soal kebangsaan,” ujarnya di Solokuro, Lamongan, Jumat 21 Juli 2017.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif mengatakan ISIS adalah puncak dari arabisme yang salah arah. Orang-orang yang mengikuti, tidak bisa membedakan Arabisme dan Islam yang cinta damai.
Simak : Kapolri Tito: Telegram Menjadi Aplikasi Favorit Teroris, Karena..
Dunia Islam di Arab, lanjut Buya panggilannya, sekarang berdarah darah. Perang saudara, saling membunuh, yang tidak sefaham meski seagama dianggap musuh. Ini adalah rongsokan peradaban Arab yang sedang kalah. “Kenapa dibawa bawa kesini, “ ujarnya.
Buya memuji langkah BNPT yang merangkul Ali Fauzi dan kakaknya Ali Imron, untuk bergerak ke arah positif. Dengan pendekatan ‘hati’ yang dilakukan tim BNPT, sehingga para mantan kombatan dan napi terorisme itu, bisa menerima dengan hati juga.”Inti tentu menarik,” paparnya.
SUJATMIKO