TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menyambut baik saran dari Presiden World Bank Group Jim Yong Kim untuk pemerintah mengenai investasi.
"Kalau investasi dari luar negeri kiranya bisa diarahkan agar investasi itu betul-betul utamanya adalah untuk bisa memperkuat kegiatan ekspor Indonesia," katanya di sela-sela rapat dengan Badan Anggaran DPR, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 25 Juli 2017.
Agus menuturkan opsi lain yang bisa dilakukan adalah mengarahkan investasi tersebut ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa, seperti Indonesia bagian timur yang sangat membutuhkan percepatan pertumbuhan ekonomi agar dapat berjalan inklusif. "Kalau tidak investasi itu diarahkan pada yang memberikan lapangan kerja banyak."
Sebelumnya, Kim menyarankan meminta pemerintah Indonesia lebih banyak melibatkan investor swasta dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur. Investasi tersebut dapat dilakukan secara langsung di dalam negeri dan diharapkan dapat memberikan nilai tambah yaitu terbukanya lapangan pekerjaan.
Simak: Inflasi Juni 0,69 Persen, BI: Pencapaian Cukup Baik
Kim pun meminta swasta dapat bersinergi dengan perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui skema kemitraan sebagian, joint venture, dan sekuritisasi dengan pihak swasta. Pemerintah Indonesia pun diminta untuk mengenali lebih dalam karakteristik dan risiko sektor swasta.
Proyek-proyek seperti logistik, kargo, dan jalan tol merupakan contoh bidang yang diminati oleh swasta, sehingga dukungan dan keterlibatannya harus didorong lebih besar. "Indonesia pembangunannya besar, maka sebaiknya swasta banyak terlibat, BUMN tidak didorong untuk bersaing langsung dengan swasta," ucap dia.
Agus mengatakan upaya melibatkan sektor swasta dibutuhkan dan lebih baik dilakukan, mengingat peran negara dalam pendanaan pembangunan yang terbatas. "Yang besar itu peran pasar, jadi kami harap investasi swasta naik," ucapnya.
Dia memprediksi di semester dua 2017, tingkat pertumbuhan investasi Indonesia akan lebih baik, sehingga menopang pertumbuhan ekonomi. "Karena sampai semester satu kami lihat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan, tapi akan lebih tinggi di semester dua," katanya.
Gubernur Bank Indonesia Agus Marto menambahkan Indonesia sempat mengamali penurunan tingkat investasi hingga periode dua tahun lalu. Hal itu disebabkan oleh penurunan harga komoditas andalan ekspor, sehingga berdampak pada minat investasi di Indonesia.
GHOIDA RAHMAH