TEMPO.CO, Jakarta – Grup musik indie Efek Rumah Kaca turut hadir dalam Aksi Kamisan ke-500 di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis, 27 Juli 2017. Aksi Kamisan yang dimulai pada 2007 itu digelar sebagai wujud protes terhadap pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Efek Rumah Kaca membawakan lagu-lagu bertema politis, seperti Di Udara dan Hilang, di hadapan khalayak.
Cholil Mahmud, vokalis dari Efek Rumah Kaca, memberi tahu Tempo, bahwa penyelesaian masalah-masalah pelanggaran HAM seperti yang disampaikan dalam Aksi Kamisan, membutuhkan tekanan. Ia memberi contoh protes yang dilancarkan oleh petani-petani dari Kendeng, Jawa Tengah.
"Peluangnya masih ada sih kalo ada pressure yang sangat kuat baik dari media maupun masyarakat terhadap aksi ini," katanya, Kamis, 27 Juli.
Cholil juga menceritakan inspirasi di balik lagu Hilang. Lirik lagu itu menyebut aksi "di setiap Kamis" dan menyebutkan nama-nama aktivis yang keberadaannya tidak lagi diketahui sejak 1998.
Baca Juga:
"Aksi Kamisan (kami) datang dua-tiga kali ya sebelom buat lagu itu, terus merasa kok orang-orang ini berubah hidupnya dan melakukan hal-hal ini untuk menuntut," katanya. "Jadi gue berusaha menerjemahkan kekuatan itu sih, kayak dari mana itu?"
Efek Rumah Kaca tampil di Aksi Kamisan bersama dengan kelompok musik lainnya. Penyintas dari beberapa kasus pelanggaran HAM maupun organisasi seperti AJI juga turut hadir di tengah payung-payung berwarna hitam.
STANLEY WIDIANTO