TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan Indonesia menjadi tempat strategis bagi pelaku kejahatan siber untuk beroperasi. "Menurut info yang kami gali dari tersangka, di Indonesia mudah bersembunyi karena lokasi geografinya luas. Kalau daerah sana (Cina) mudah teridentifikasi," kata Argo di Polda Metro Jaya, Senin, 31 Juli 2017.
Polisi menggerebek rumah dan menangkap ratusan orang berkewarganegaraan Cina atas kasus dugaan cyber crime. Mereka ditangkap di tiga lokasi berbeda pada Sabtu, 29 Juli 2017, yakni Jakarta, Bali, dan Surabaya. Sebanyak 148 warga Cina itu sudah beroperasi sejak awal 2017. Mereka menipu dan memeras para pejabat dan pengusaha di Cina melalui telepon.
Baca: 27 Warga Cina Pelaku Cyber Crime Digerebek di Pondok Indah
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Fadil Imran mengatakan, selain Indonesia, beberapa negara Asia Tenggara juga menjadi tempat operasi para pelaku, yaitu Filipina, Vietnam, dan Kamboja.
Menurut Fadil, kemudahan fasilitas internet di Indonesia juga menjadi pertimbangan pelaku dalam menentukan lokasi persembunyian. "Hampir seluruh NKRI saat ini dapat dijangkau menggunakan internet, terlebih kota besar lainnya," kata Fadil.
Kunjungan warga asing ke Indonesia, ujar Fadil, sama halnya dengan kunjungan ke negara lain. Namun, para pelaku kejahatan siber itu menyalahgunakan kunjungan tersebut. “Sehingga dampak negatif dari kunjungan itu lah yang mesti dicarikan solusinya,” ucap Fadil.
Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Herry Rudolf Nahak mengatakan pengamanan di Indonesia bukannya tidak ketat. Tetapi, banyak warga asing pelaku kejahatan di Indonesia datang menggunakan visa kunjungan.
Baca juga: Polisi Bongkar Jaringan Cyber Crime Warga Cina di Empat Kota
Sehingga, dalam keimigrasian, mereka tidak melanggar aturan dan masuk secara legal. "Mereka melakukan kejahatan adalah bagian dari kelihaian mereka menganalisis segala sesuatu, sehingga mereka lihat kemungkinan bisa melakukan kejahatan di sini. Ini kan korbannya di Cina tapi penipuannya di Indonesia," ujar Herry.
FRISKI RIANA