TEMPO.CO, Denpasar - Untuk merayakan bulan kemerdekaan, Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma di Mas, Ubud, akan membuat pagelaran Seni “Bhineka Tunggal Ika”. Acara ini dimulai 5 Agustus 2017 ini akan menjadi moment drama tari pewayangan “Sutasoma” dengan judul Purusada Santha.
“Ini diambil dari satu fragmen kisah Sutasoma yang kami gagas menjadi sebuah drama tari inovatif dan kreatif, dengan menggabungkan tarian, wayang wong, musik tetabuhan, yang juga menggunakan 17 topeng baru yang dibuat secara khusus,” kata I Wayan Purwanto, salah-satu koreografer pagelaran ini, Selasa, 2/8.
Selain menandai kelahiran drama tari Sutasoma, pagelaran seni Bhineka Tunggal Ika juga menampilkan dua pertunjukan tari lainnya, yaitu Purwa Sandhi Naya pada tanggal 10 Agustus 2017 dan Sunda Upasunda pada tanggal 12 Agustus 2017. Purwa Sandhi Naya memiliki arti bertemunya budaya tradisi dengan budaya modern.
Dalam acara ini disajikan pertunjukan tari topeng dan wayang, klasik dan kontemporer oleh seniman-seniman mancanegara dari Jepang, Meksiko, Argentina dan Amerika Serikat. Pementasan Tari Purwa Sandhi Naya ini menunjukan spirit Unity in Diversity, dan menunjukan tingginya nilai seni dan budaya bangsa Indonesia sehingga seniman mancanegara pun turut mempelajarinya.
Seniman yang terlibat dalam pertunjukan tari Purwa Sandhi Naya, antara lain Kawamura Koheisai (Jepang) menampilkan wayang kontemporer “no Kage to Ongaku”. Kawamura menciptakan sebuah pulau fiktif bernama Pulau Walak dan beliau berperan menjadi binatang-binatang penduduk pulau tersebut yang akan menuturkan kisah lewat cerita dan nyanyian.
Kemudian ada Noopur Singha (Amerika), Dewa Ayu Eka Putri (Indonesia), Carolina Cazzulino (Argentina) akan menampilkan tari topeng kontemporer Full Feeling Fotosintesis yang menunjukan rasa tentang hubungan manusia dengan alam sekitar.
Yukie Karula dan Takujiro Nakamura (Jepang) menampilkan tari topeng kontemporer, disajikan dalam 2 tarian: Ototachibana hime’ menceritakan seorang pengorbanan istri raja yang akhirmya menjadi ratu laut. Dan, tarian kedua Yume Kannon menceritakan tentang alam mimpi seorang kakek yang bertemu dengan Dewi Kannon (Bodhisattva).
Mellisa Arriaga (Meksiko) menarikan tari topeng tradisi Jauk Manis dimana dia belajar tari ini dari Ida Bagus Gede Surya Peradantha. Tarian ini menceritakan tentang karakter Raja yang keras dan lembut, dimana dia melakukan perjalanan untuk menemui rakyatnya.
Putu Kaoru Padma (Jepang), Emi Hatanaka (Jepang) dan I Wayan Yudiantara (Indonesia) akan menarikan tari tradisi Telek. Tarian ini biasanya ditarikan dalam sebuah upacara adat, dimana memohon kepada Tuhan untuk mendapatkan keselamatan dan dihindarkan dari bahaya.
Pertunjukan tari yang ketiga adalah fragmen tari topeng Sunda Upasunda yang diambil dari kisah Mahabarata yang mengisahkan hidup dari Asura Sunda Upasunda. Keduanya adalah kakak beradik yang mempunyai kesaktian luar biasa, yang pada akhirnya meninggal karena keserakahan ingin menguasai tiga dunia.
Fragmen ini mengingatkan para pemegang kekuasaan agar mempunyai kesadaran akan tanggung jawabnya, semakin besar jabatan dipegang, semakin tinggi tanggung jawabnya.
ROFIQI HASAN