TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan ekonomi Indonesia masih membutuhkan banyak pendanaan dari luar negeri. Sektor keuangan dalam negeri dinilai masih terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan negara.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan ketersediaan dana di perbankan nasional hanya 35 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Dana itu tidak akan sanggup untuk membiayai negara," kata dia dalam acara seminar di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2017. Selain itu, kontribusi perbankan dan non bank secara total masih belum setara PDB.
Simak: BI Buka Kantor di Tarakan, Agus: Jaga Kedaulatan Ekonomi
Mirza mengatakan dana asing yang masuk akan bergantung kepada kondisi ekonomi Indonesia. Jika kondisinya dinilai sehat, para investor akan menanamkan modalnya. Salah satu indikatornya adalah defisit ekspor dan impor barang dan jasa.
Menurut Mirza, besaran defisit yang tidak lebih dari 3 persen dinilai sehat. "Benchmark itu di buku teori tidak ada. Tapi itulah yang dipakai negara investor internasional untuk melihat perekonomian negara berkembang," ujarnya.
Untuk negara maju, aturan tersebut tidak berlaku. Mirza mencontohkan Amerika yang tetap kedatangan investor meski defisitnya di atas 3 persen PDB.
Mirza mengatakan ekonomi Indonesia seperti defisit ekspor dan impor barang dan jasa Indonesia saat ini masih perlu dijaga agar berada di level yang sehat atau tidak terlalu besar. "Inginnya sih tidak defisit," kata dia. Dia mengatakan ekspor dan impor Indonesia sempat melaju positif saat periode commodity boom. "Setelah pasar komiditas jatuh, ekspor dan impor mengalami defisit," kata dia.
VINDRY FLORENTIN