TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Buya Syafii (Ahmad Syafii Maarif) menuturkan, suburnya gerakan radikalisme saat ini tak bisa dilepaskan dari pengaruh perkembangan politik di kawasan Timur Tengah. Di kawasan Arab, kata Buya, sekarang sedang dilanda gejolak politik.
"Arab sedang dalam posisi kalah menghadapi persaingan peradaban global sehingga kondisi sosial-politiknya tak stabil," ujar Buya saat menghadiri dialog lintas iman bersama uskup-uskup di kawasan Asia dalam acara Asia Youth Day ke-7 di Hotel Jayakarta, Yogyakarta, Kamis, 3 Agustus 2017.
Baca juga: Jusuf Kalla Minta Menkominfo Kejar Radikalisme di Internet
Buya mengingatkan tentang sejarah revolusi Arab atau Arab Spring di mana terjadi gerakan protes kepada penguasa dan para ulama. Aksi ini dipicu oleh rasa keputusasaan yang meluas.
Dalam keadaan tanpa kepastian itu mulai terjadi perpecahan hebat di antara bangsa Arab. Sehhingga melahirkan berbagai bentuk gerakan radikal. Di antaranya muncul Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) yang intens menyebar teror termasuk membunuh banyak Muslim yang dianggap berbeda pandangan.
Baca juga: Ma'ruf Amin: Indonesia Bukan Negara Islam dan Negara Kafir
Lalu apa yang bisa dilakukan Indonesia menghadapi suburnya gerakan radikal itu? Buya menuturkan, pemerintah harus cepat bertindak. “Pemerintah jangan lamban merespons gejala radikalisme ini, meskipun cukup susah karena gerakan ini dimanfaatkan elite politik untuk kepentingannya, memang biadab politik itu,” ujarnya.
Buya Syafii berharap, para politikus yang sering memanfaatkan gerakan radikal untuk kepentingan kelompoknya segera sadar. "Semoga politikus itu segera siuman," ujar Buya.
PRIBADI WICAKSONO