TEMPO.CO, Kupang - Pangkalan TNI AU El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur menggelar operasi Kilat Badik dan Lintas Cendrawasih di wilayah perbatasan Indonesia dan Australia serta Timor Leste.
"Operasi ini akan digelar selama sebulan untuk menangkal pelanggaran batas wilayah," kata Komandan Pangkalan Udara El Tari Kolonel (Penerbang) Ronny Moningka kepada wartawan di Kupang, Jumat, 4 Agustus 2017.
Baca: Pemerintah Gelar Rapat Koordinasi Pengelolaan Perbatasan Negara
Operasi, kata dia, juga untuk memantau aktivitas alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste dan Australia. "Pantauan dilakukan di wilayah ALKI 3 antara Pulau Flores dan Timor," katanya.
Menurut dia, operasi ini digelar untuk memantau pelanggaran wilayah udara, karena banyak potensi terjadinya pelanggaran udara. "Radar Buraen sering memantau adanya kegiatan ilegal dari warga asing di wilayah Indonesia, sehingga wilayah perbatasan ini sangat rawan," ujarnya.
Simak: Timor Leste-Australia Bahas Kembali Perjanjian Batas Maritim
Dalam operasi ini, TNI AU menempatkan dua pesawat tempur T50i yang setiap hari tiga kali melakukan patroli di wilayah perbatasan negara. "Pesawat tempur ini sangat menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur," katanya.
Sejauh ini, kata dia, operasi yang digelar belum menemukan atau menangkap warga asing yang melewati batas udara dan laut Indonesia. "Belum ada aktivitas berarti yang terpantau di wilayah Indonesia," ujarnya.
Lihat: Menlu: RI Percepat Penyelesaian Perundingan Perbatasan
Dia mengakui Pangkalan Udara El Tari masih miliki kendala, karena bertipe B. Karena itu, ke depan El Tari akan diubah menjadi pangkalan operasi bertipe A, sehingga pada 2022 sudah ditempatkan 1 skuadron tempur. "Pembangunan untuk tipe A masih berjalan, diharapkan 2022 sudah menjadi tipe A," katanya.
YOHANES SEO