TEMPO.CO, Jakarta - Dugaan bahwa PT Jamu Nyonya Meneer bangkrut antara lain karena serbuan jamu ilegal dan tiruan alias palsu mendapat tanggapan dari Kepala Pusat Penyidikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Hendri Siswadi.
Hendri mengatakan, BPOM belum pernah menemukan produk palsu Nyonya Meneer. “Kayaknya enggak, kami belum pernah. Sepengetahuan saya belum pernah mendapatkan Nyonya Meneer (palsu),” kata Hendri pada saat dihubungi Tempo, Selasa, 8 Agustus 2017.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Dwi Ranny Pertiwi Zarman menerangkan bahwa banyak industri besar obat tradisional harus bekerja ekstra untuk bersaing dengan produk lain di tingkat domestik dan luar negeri. Apalagi, industri jamu seperti Nyonya Meneer juga harus bersaing dengan jamu ilegal. “Banyak produk ilegal didistribusikan secara online. Sementara itu, iklan produk legal dikendalikan demi regulasi,” katanya pada Ahad, 6 Agustus 2017.
Tantangan lain industri jamu, Dwi Ranny melanjutkan, adalah besarnya biaya persyaratan perubahan jenis usaha dari industri kecil ke industri besar. “Belum semua perusahaan jamu menguasai dan menggunakan teknologi IT sebagai basis penjualannya.”
Simak: Mi Instan Mengandung Babi, BPOM: Ada di Surabaya dan Manokwari
Hendri menuturkan, ada beberapa produk yang sering dipalsukan antara lain merek Tawon Sakti Pegal Linu yakni merupakan jamu tradisional dalam botol, jamu merek Klanceng, merek Wan Tong, serta Mahkota Dewa. “Itu ada yang botol-botolan, ada juga sachet, tapi ada semua, lah,” ucap dia.
Modus produksi yang dilakukan pemalsu pun bermacam-macam. Hendri mendapati salah satu produsen jamu ilegal memproduksi jamu dengan membuat bedeng dari seng di atas lahan tanah yang ia sewa. “Di pinggiran Jakarta, kami pernah lihat di Parung, Bogor. Dia bikin seng, sewa tanah kan murah, misal Rp 5 juta per tahun, bikin beden, produksi di situ,” kata Hendri.
Hendri menambahkan, tenaga kerja yang direkrut dari pabrik ilegal itupun berasal dari daerah, yang terpaksa bekerja karena mendapat janji muluk dari sang majikan. Ia pernah menemukan pegawai yang berasal dari Medan, yang awalnya dijanjikan untuk bekerja di mal. “Tapi dia dimasukkan ke sana untuk kerja, dalam kondisi tempat kerja yang tidak bagus, apalagi memproduksi bahan yang tidak bagus. Bahan sembarangan aja dicampurin,” ucapnya.
Hendri menuturkan, perusahaan jamu ilegal banyak menyebar hampir seluruh pelosok pulau Jawa, seperti Kota Banten dan Tangerang Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Produk itu diedarkan ke beberapa wilayah di Indonesia seperti di Medan, Jambi, Padang, Palembang, dan beberapa di wilayah Kalimantan.
Dia menyebut salah satu pengusaha jamu yang berhasil ditangkap oleh BPOM adalah pria berinisiel EFC. Menurut Hendri, ia pemain besar yang sempat buron. Sebelumnya, ia memproduksi jamu ilegal itu di wilayah Tangerang, Banten. Karena pabriknya ilegal, BPOM langsung menghancurkan pabrik tersebut, dan menyita mesin produksi yang ia gunakan. “Sekarang itu dia sudah proses di Kejaksaan mungkin sekarang ini lagi sidang. Dia itu pemain besar,” katanya.
Menurut Hendri, pihaknya banyak melakukan pengawasan dan mendengarkan informasi, laporan dan masukan dari berbagai pihak terkait pendistribusian serta produksi jamu ilegal yang dipasarkan melalui depo-depo jamu. Dari laporan tersebut, BPOM melakukan investigasi untuk mendalami rantai distribusi lebih dalam untuk mengetahui siapa pelaku di balik jamu ilegal tersebut. “Apabila kami menemukan, maka kami akan mengambil tindakan hukum, dioperasi lah, digerebek tempatnya. Banyak yang udah kami temukan.”
Dalam investigasi BPOM melakukan wawancara terhadap pedagang kecil depo jamu untuk menelisik dari mana awal produk jamu legal itu berasal. Apabila mereka kooperatif, dalam seminggu BPOM dapat menangkap siapa pelaku dibalik pemalsuan barang tersebut. Namun bila mereka tidak kooperatif, pelaku baru ditemukan setelah satu-dua bulan diburu.
“Kami selalu aktif memantau peredarannya. Seumpama kami melihat ada beberapa depo jamu, ada produk-produk yang kami lihat itu ilegal, tidak terdaftar di Badan POM, atau dia memalsukan merek,” kata Hendri yang mengaku tak menemukan jamu Nyonya Meneer palsu.
DESTRIANITA