TEMPO.CO, Jakarta - Nyonya Meneer yang tengah didera pailit memiliki peluang untuk bertahan, menyusul komitmen pengusaha Rachmat Gobel untuk menyelamatkan perusahaan jamu asal Semarang itu.
Titik terang tentang skenario penyelamatan Nyonya Meneer tersebut mulai tampak setelah pengusaha nasional Rachmat Gobel bertemu Presiden Direktur Nyonya Meneer Charles Saerang, di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, pada Rabu malam, 9 Agustus 2017.
Dalam pertemuan tersebut, Saerang lebih banyak bercerita tentang masalah yang menimpa perusahaannya. Adapun Rachmat Gobel lebih banyak menyemangati dan memberikan opsi solusi.
Hasilnya, Rachmat Gobel sepakat menyelamatkan Nyonya Meneer dari kepailitan dan akan terlibat dalam proses restrukturisasi utang perusahaan tersebut. Dia berjanji segera menindaklanjuti dengan mempertemukan tim keuangan dan legal kedua pihak dalam waktu dekat.
“Saya tidak ingin pakai istilah pengambilalihan atau akuisisi. Istilah penyelamatan Nyonya Meneer saya rasa lebih tepat,” ujar Gobel seusai pertemuan.
Saerang mengatakan total kewajiban yang harus dibayar untuk menghindarkan Nyonya Meneer dari kepailitan sebesar Rp 50 miliar. "Dengan membayar kewajiban ini, tuntutan kepailitan bisa dicabut," ucapnya.
Baca: Nyonya Meneer, dari Lau Ping Nio hingga Rachmat Gobel
Terkait dengan kasus pailit, Saerang mengatakan pekan ini pihaknya akan mengajukan kasasi. Selain itu, perusahaan dan karyawan telah mencapai kata sepakat menyangkut hak-hak karyawan yang akan dibayarkan secara bertahap jika terjadi pemutusan hubungan kerja.
Saerang mengaku telah banyak dihubungi banyak pihak yang ingin terlibat dalam penyelamatan Nyonya Meneer dengan mengambil alih seluruh perusahaan. Namun Rachmat Gobel justru ingin tetap melibatkan keluarga pendiri dalam mengelola perusahaan jamu tersebut.
Dalam perspektif Gobel, apabila disepakati sebuah skenario penyelamatan Nyonya Meneer, aspek produksi akan menjadi perhatian utama untuk dibenahi. Dia telah menyiapkan sebuah skenario untuk memodernisasi sistem produksi jamu dengan menggunakan teknologi Jepang. Alasannya, karena dia memiliki hubungan kerja sama yang panjang dan sangat dekat dengan kalangan pebisnis di Negeri Sakura itu.
Menurut Rachmat Gobel, nama merek Nyonya Meneer yang melegenda sekaligus pionir di industri jamu di Indonesia, merupakan sebuah aset penting. Dengan modal nama besar Nyonya Meneer, tak terlalu sulit membuatnya bangkit lagi. “Apalagi saya lihat, hasil produksinya juga sudah diekspor ke banyak negara.”
Untuk urusan bahan baku, kata Gobel, Indonesia merupakan salah satu negara paling kaya akan bahan baku obat herbal. “Jadi, Saya akan bantu Pak Charles Saerang. Nyonya Meneer harus diselamatkan.”