TEMPO.CO, Banjarmasin - Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead mengatakan Kalimantan Selatan cuma menerima dana program restorasi gambut Rp 10 miliar dari Rp 24 miliar yang diusulkan. Menurut Nazir, penurunan nominal dana program seiring dengan penghematan dari pemerintah pusat.
Nazir optimistis program restorasi tetap berjalan di Kalimantan Selatan meski jumlah dananya lebih sedikit daripada yang diusulkan. “Walaupun tidak mungkin semaksimal seperti rencana awal. Dan tentu (dana) akan diperkuat di tahun 2018 agar berjalan lebih baik,” ujar Nazir saat penandatanganan nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Senin, 14 Agustus 2017. Selain mengandalkan APBN, BRG mengandalkan dana negara donor sebanyak US$ 130 juta dan pemilik hak guna usaha (HGU).
Baca juga: BRG Diminta Ungkap Perusahaan yang Perlu Restorasi
Di Kalimantan Selatan, BRG akan merestorasi kerusakan lahan gambut seluas 105.023 hektare yang tersebar di empat Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Lahan rusak seluas itu terdiri atas KHG Sungai Barito-Sungai Alalak 20.301 hektare, KHG Sungai Utar-Sungai Serapat 27.176 hektare, KHG Sungai Balangan-Sungai Batangalai 11.008 hektare, dan KHG Sungai Barito-Sungai Tapin 45.998 hektare.
Menurut Nazir, keempat KHG ini berada di Kabupaten Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Tapin. Selain itu, kata Nazir, BRG berfokus merestorasi kerusakan gambut akibat kebakaran hutan dan lahan seluas 12.798 hektare, juga restorasi kubah gambut yang teanjur dibuat kawasan budi daya seluas 45.836 hektare.
Selanjutnya, BRG melindungi kawasan gambut yang belum dibuka dan masih utuh seluas 33.398 hektare. Di Kalimantan Selatan, Nazir berasumsi 55 persen lahan gambut dalam kondisi rusak terbuka dan 45 persen gambut berkondisi baik. “Sudah ada dibuka, dikeringkan, dan terbengkalai. Kami perbaiki dengan melibatkan masyarakat lokal tata hidrologisnya agar tetap lembap di musim kemarau,” ujar Nazir.
Menurut Nazir, BRG berfokus menggarap penyekatan kanal, pembuatan sumur bor, dan pembuatan tali air. BRG dan Tim Restorasi Gambut Daerah Kalimantan Selatan sudah membuat 50 sumur bor pada 2016. Lewat cara ini, Nazir mengklaim kondisi gambut basah bisa membantu pertanian ketika kemarau. “Kami lihat mana zona konservasi, budi daya, dan mana penyangga,” ujarnya.
Di luar Kalimantan Selatan, BRG bertugas merestorasi kerusakan gambut seluas 2 juta hektare yang tersebar di tujuh provinsi. Nazir optimistis restorasi rampung pada 2020. Ketua TRGD Kalimantan Selatan Saut N. Samosir berharap program BRG bisa optimal di tengah keterbatasan APBN. “Kami hanya evaluasi atas pelaksanaan program, yang melakukan BRG, Balai Rawa, dan Universitas Lambung Mangkurat,” kata Samosir.
DIANANTA P. SUMEDI