TEMPO.CO, Jakarta - Aritmia adalah irama jantung yang bukan berasal dari nodus sinoatrial (SA). Atau irama yang tidak teratur sekalipun berasal dari nodus SA.
Pada aritmia, frekuensi laju jantungnya kurang dari 60 kali per menit (sinus bradikardi) atau lebih dari 100 kali per menit (sinus takikardi), serta terdapat hambatan impuls supra atau intraventrikular.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Profesor Yoga Yuniadi, mengatakan aritmia adalah salah satu penyakit jantung yang dapat menimbulkan mati mendadak.
"Sekitar 87 persen dari data pasien penyakit jantung kororner yang meninggal mendadak di Indonesia karena menderita aritmia," kata Yoga dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 11/8.
Yoga menjelaskan, penyakit yang dikenal dengan gangguan irama jantung ini terjadi karena adanya gangguan produksi impuls atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung. "Berdebar merupakan gejala tersering dari aritmia," ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Namun, kata Yoga spektrun gejala aritmia cukup luas, yakni mulai dari berdebar, keleyengan, pingsan, stroke, hingga mati mendadak. Jika ditangani dengan tepat, penyakit aritmia baik kelompok bradiaritmia (laju jantung yang lambat kurang dari 60 kali per menit) maupun takiaritmia (laju jantung yang terlalu cepat yakni lebih dari 100 kali per menit, maka kematian mendadak dapat dicegah.
"Jadi sebaiknya periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala tersebut. Sebab, aritmia atau mati mendadak dapat dicegah dengan diagnosa dan pengobatan sedini mungkin," kata dia.
AFRILIA SURYANIS