Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tokoh 17 Agustus: Nyaris Gagal Mencapai Puncak Denali  

image-gnews
Tokoh 17 Agustus. Pendaki wanita Mathilda Dwi Lestari dan Fransisca Dimitri Inkiriwang di puncak Gunung Denali. Facebook.com/WISSEMU
Tokoh 17 Agustus. Pendaki wanita Mathilda Dwi Lestari dan Fransisca Dimitri Inkiriwang di puncak Gunung Denali. Facebook.com/WISSEMU
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, dua sosok muda yang dipilih Tempo.co di Edisi Khusus Kemerdekaan 17 Agustus 2017, berhasil mencapai  puncak Gunung Denali di Alaska, Amerika Serikat, pada Sabtu, 1 Juli 2017 pukul 19.40 waktu setempat atau Ahad, 2 Juli pukul 22.40 WIB. Puncak gunung Denali adalah puncak gunung ke enam yang berhasil mereka daki dalam misi Seven Summits di bawah bendera The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU).

Baca: Tokoh 17 Agustus: Dua Srikandi Mendaki Tujuh Puncak Dunia

Pendakian puncak Gunung Denali amat berat. Bagaimana tidak, selama mendaki gunung setinggi 6.190 meter dari permukaan laut (mdpl) ITU, mereka harus membawa beban seberat 22 kilogram di punggung. Barang-barang lainnya, seberat 18 kilogram ditarik dengan sled atau kereta salju. "Tidak ada porter jadi harus bawa sendiri logistik untuk 22 hari,” kata Fransiska Dimitri Inkiriwang alias Deedee, Ahad, 6 Agustus 2017.

Butuh waktu 13 hari untuk mencapai puncak Gunung Denali. Berangkat pada 19 Juni 2017, Deedee dan Mathilda mencapai High Camp (5.242 mdpl) pada 1 Juli 2017 pukul 10.00 waktu setempat. Dua pendaki gunung dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jawa Barat ini, menghabiskan waktu 7 jam 40 menit untuk berjalan sejauh empat kilometer dengan kenaikan elevasi atau ketinggian hingga 901 meter.

Waktu tempuh perjalanan tergolong lama mengingat medan yang dilewati berat.  Didampingi tiga orang pemandu, Deedee dan Mathilda harus melintasi crevasse (celah) alias retakan tanah yang terbuka akibat glasier. Lapisan es di atas tanahnya mencair oleh suhu musim panas.

Retakan itu berupa celah sempit namun dalam seperti jurang. Setiap pendaki harus menghindari celah-celah itu karena bisa terperosok yang mengakibatkan kematian. Kaki kiri Deedee sempat tersangkut. Tubuh gadis 23 tahun itu lalu jatuh terduduk mengangkangi crevasse. “Rasanya seperti antara hidup dan mati,” ujarnya.

Menjelang puncak, pemandu mereka yang berasal dari Amerika Serikat menilai Deedee dan Mathilda tampak kelelahan. Mereka menganggap keduanya tidak layak menuju puncak dan harus kembali turun.

Menurut Mathilda, pemandu di Gunung Denali memang terkenal sangat ketat. Keselamatan dan nyawa pendaki yang dibawanya menjadi faktor utama agar lisensi usaha mereka tidak dicabut Taman Nasional Gunung Denali. “Karena itu risiko gagal puncak di Denali lebih besar ketimbang pendaki meninggal,” kata Mathilda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendekati tanjakan menuju puncak, nyali Mathilda sempat ciut. Saat itu, angin dingin bertiup amat kencang. Kabut pun semakin tebal. Ucapan-ucapan penuh semangat dan pelukan hangat dari sang pemandu tak mampu mengusir rasa cemas di benak Mathilda.  “Takut nanti sampai puncak cuacanya bakal terus begitu,” kata pendaki bertubuh mungil itu.

Menjelang puncak, keduanya sempat gusar karena pemandu ingin mereka putar arah balik. Selain dianggap kelelahan, antrian pendaki di depan mereka ke puncak juga membuat pemandu berpikir tim Wissemu sudah menipiskan waktu pendakian yang aman.
Angklung dibawa Mathilda Dwi Lestari (kiri) dan Fransisca Dimitri Inkiriwang dalam pendakian ke sejumlah gunung Seven Summit.TEMPO/Prima Mulia.

Jauh-jauh menempuh perjalanan, tapi dianggap tak layak mencapai puncak yang sudah di depan mata, justru melecutkan semangat  Deedee dan Mathilda. Mereka  kukuh ingin melanjutkan pendakian. Mereka bernegosiasi.

“Kami ngotot kalau misalnya sampai 1 jam 15 menit belum sampai, kami turn around,” kata Deedee. Mereka bisa membuktikan ucapannya. “Puji Tuhan ke puncak tercapai cuma satu jam dan lanjut,” kata Mathilda.

Mendekati puncak, ia sangat senang melihat banyak pendaki di sana. Ia mulai ingin menangis sambil matanya tak lepas menyaksikan pemandangan yang sangat indah. “Ternyata bisa sampai ke puncak Denali yang selama ini menjadi ketakutan saya sendiri,” ujar Mathilda.

Di puncak Denali, mereka membentangkan bendera Merah Putih sambil menggetarkan bunyi angklung yang setia mengiringi ke lima puncak Seven Summits sebelumnya. Mereka pun mencatatkan diri sebagai sebagai dua perempuan Indonesia pertama yang menapakkan kakinya di puncak Gunung Denali.

ANWAR SISWADI



Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Relawan Gerakan Makan Berkah saat membagikan makanan siap saji kepada masyarakat yang sedang isolasi mandiri diwilayah Ciputat Timur, Sabtu 14 Agustus 2021. Tempo/Muhammad Kurnianto
Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.


Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selepas menjadi Pembina Upacara Hari Kemerdekaan RI ke-74 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2019. Tempo/Caesar Akbar
Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.


Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Pendiri Sribulancer, Ryan Gondokusumo, saat ditemui Tempo di kantornya, kawasan Gandaria, Jakarta, 9 Agustus 2017. TEMPO/Nurdiansah
Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.


Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Head of IT Development Jakarta Smart City Prasetyo Andy Wicaksono. TEMPO/Imam Sukamto
Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.


Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Firdaus Putra Aditama. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.


Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

20 Agustus 2017

Dokter Universitas Hasanuddin, Sulfahri (28) saat berada di antara  Ganggang (Alga) untuk bahan penilitian Alga menjadi Biotethanol dan biodisel di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Agustus 2017. TEMPO/Iqbal Lubis
Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

Sulfahri, 28 tahun, terpilih menjadi tokoh 17 Agustus Koran Tempo.


Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

20 Agustus 2017

Ilmuwan Ricky Elson. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

Ricky Elson, adalah salah satu tokoh edisi khusus Tempo Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 2017.


Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

20 Agustus 2017

Mizan Bustanul Fuady Bisri, saat survey pasca gempa Nepal 2015 di di Gorkha, Nepal, 25 April 2017. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

Dalam memperingati hari proklamasi 17 Agustus, redaksi Tempo
menampilkan tokoh edisi khusus. Salah satunya adalah Mizan
Bustranul Fuady Bisri.


Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

19 Agustus 2017

Ratih Pangestuti di laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi  LIPI, Jakarta, 14 Agustus 2017. Bioaktif peptida kuda laut mampu menurunkan peradangan pada mikroglia dan menghambat kematian sel saraf cholinergic. TEMPO/ Nita Dian
Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

Ratih pangestuti, tokoh 17 Agustus di bidang kesehatan pilihan Koran Tempo, meneliti biota laut untuk mencari bahan baku obat.


Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

19 Agustus 2017

Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Medika, Gamal Albinsaid, di Jakarta, 22 Maret 2016. TEMPO/Frannoto
Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

Melalui asuransi sampah, Gamal Albinsaid, tokoh 17 Agustus pilihan Koran tempo, membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.