TEMPO.CO, Singapura - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan menceritakan kesulitannya membaca tulisan. Menurut dia, daya tahan kedua matanya untuk membaca sangat singkat karena timbul rasa nyeri dan pening.
"Sekitar lima menit saja kuatnya. Saya memakai kaca pembesar untuk membaca,” kata Novel saat ditemui setelah menunaikan salat, Selasa, 15 Agustus 2017.
Novel memaparkan, ia mampu membaca cukup baik dengan bantuan kaca pembesar. Akan tetapi, tekanan kedua matanya akan langsung meningkat jika sudah membaca lebih dari lima menit. Hal ini tak baik bagi kedua matanya terutama karena harus dalam keadaan normal sebelum pelaksanaan operasi besar, 17 Agustus 2017.
“Kaca pembesarnya bentuknya biasa saja. Ada kerabat yang membelikan buat saya membaca,” ujar Novel.
Baca: Menjelang Operasi Mata, Tiga Anjuran Dokter ke Novel Baswedan
Saat diperiksa, Novel meminta tim penyidik Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk membacakan isi hasil berita acara pemeriksaan (BAP). Pada Senin, 14 Agustus 2017, Novel menjalani pemeriksaan tim penyidik polisi sejak pukul 11.00 hingga 15.30 waktu setempat. Pemeriksaan dilaksanakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia.
“Saya hanya sanggup membaca tiga halaman (BAP). Selebihnya minta tolong dibacakan penyidik,” kata dia.
Kedua mata Novel mengalami cedera parah usai terpapar air keras dalam penyerangan, 11 April lalu. Novel kemudian diterbangkan ke Singapura untuk menjalani perawatan dan pengobatan intensif. Hingga pertengahan Mei, tim dokter hanya memberikan terapi dan pengobatan untuk merangsang pertumbuhan syaraf dan selaput mata. Akan tetapi, upaya tersebut gagal karena tak ada perubahan pada kedua bola matanya.
Tim dokter sempat melakukan operasi cangkok membran untuk merangsang pertumbuhan alami kedua mata Novel Baswedan. Hasilnya juga tak terlalu baik. Mata sebelah kanan sudah dapat membaca tulisan. Akan tetapi, mata kiri tetap bermasalah dan menimbulkan iritasi. Sehingga dokter mencabut cangkoknya dan mempersiapkan operasi besar.
FRANSISCO ROSARIANS