TEMPO.CO, Singapura - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan menjalani hari-harinya dengan salat lima waktu berjamaah di sejumlah masjid, selama di
Singapura. Novel sengaja beribadah di beberapa masjid sambil memenuhi saran dokter untuk melakukan kegiatan fisik.
"Lima waktu sehari berjalan totalnya bisa tujuh kilometer lebih," kata Novel saat ditemui setelah menunaikan salat, Selasa, 15 Agustus 2017.
Baca: Menjelang Operasi Mata, Tiga Anjuran Dokter ke Novel Baswedan
Novel menjalani perawatan dan pengobatan intensif di Singapura sejak 12 April 2017, sehari setelah ia disiram air keras oleh dua orang tak dikenal. Penyerangan itu terjadi saat Novel pulang dari salat Subuh di masjid dekat rumahnya di Kepala Gading, Jakarta Utara. Akibatnya, kedua mata Novel mengalami cedera parah.
Tim dokter di Singapura telah melakukan berbagai macam terapi, pengobatan, hingga operasi cangkok membran sel. Semua itu telah dilakukan hingga Juni lalu.
Mata kanan Novel memang mengalami perkembangan, namun mata kirinya masih stagnan. Hal ini yang menyebabkan tim dokter menyarankan operasi besar pada mata kiri Novel. Operasi itu akan dilakukan besok, 17 Agustus 2017.
Baca juga: Novel Baswedan Disarankan Pakai Kacamata Hitam Pasca Operasi
Sejak menjalani rawat jalan, dokter meminta Novel tetap menjaga kondisi tubuh dengan sejumlah latihan fisik. Akan tetapi tak boleh yang terlalu berat, seperti lari, push up dan olah tubuh lainnya. “Paling mudah itu jalan. Ya, saya jalan saja dari tempat tinggal ke masjid,” ujar Novel.
Selama lebih empat bulan terakhir, Novel Baswedan mengatakan ia tak bisa melakukan banyak kegiatan. Selain solat lima waktu, dia kerap mencoba untuk membaca untuk waktu yang sangat singkat. Sisanya, ia hanya menghabiskan waktu dengan keluarganya yang turut menemaninya selama di Singapura.
FRANSISCO ROSARIANS