TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Andien merupakan salah satu ibu muda yang kerap membagikan ilmu parenting di akun media sosial. Yang baru-baru ini dibagikan Andien adalah ilmu tentang BLW (Baby Lead Weaning) yang diterapkan kepada putranya, Anaku Askara Biru sejak belum genap 6 bulan.
"Waktu itu pertama kali kenalannya saat 5,5 bulan. Tapi waktu MP-ASI-nya 6 bulan, dan sekarang ini dia makan sendiri. Jadi memang aku pakai metode baby learning, dia makannya enggak disuapin. Terus sekarang dia suka banget makan sayur, makanan yang paling dia suka adalah labu siam dan tomat. Dia enggak bisa berhenti kalau makan labu siam dan tomat," kata Andien saat ditemui di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2017.
Baca Juga:
BLW (Baby Led Weaning) adalah metode yang dilakukan untuk membiasakan anak lebih mandiri saat makan. Hal ini dilakukan untuk anak yang menginjak usia 6 bulan. Makanan yang disuguhkan juga makanan yang berbentuk padat. Ternyata, BLW yang diterapkan Andien menuai kontroversi.
Di akun Instagram Igtainment misalnya, ada sebuah postingan yang menunjukkan screenshot artikel dan postingan twitter akun blogdokter yang tidak setuju dengan metode BLW Andien.
Netizen pun menuliskan pro dan kontranya di akun tersebut terkait keputusan Andien yang membiarkan anaknya menyantap makanan padat seperti brokoli dan apel saat usia putranya 6 bulan yang seharusnya baru diberikan makanan pendamping ASI yang memiliki tekstur yang lembut.
"Diwanti wanti banget sama sodara yang dokter jangan MPASI dini (umur 1-3bln) karena dia hampir tiap hari operasi usus bayi yang belum waktunya makan dikasih makanan padat," komentar sebuah akun.
Di luar kontroversi tersebut, Dokter spesialis bedah anak Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur, Ruankha Bilommi, mengingatkan dampak negatif pemberian makanan padat yang terlalu cepat. Salah satunya adalah penyakit invaginasi atau intususepsi.
Invaginasi adalah suatu kondisi ketika suatu bagian dari usus masuk ke dalam saluran usus di sebelahnya, sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna. "Invaginasi terjadi karena ususnya masuk ke dalam usus lainnya, jadi terjepit," kata Ruankha beberapa waktu lalu.
Ruankha menjelaskan, penyebab invaginasi yakni karena virus, bakteri, dan rotavirus.
Selain itu, invaginasi juga dapat terjadi jika bayi diberi makan sebelum usianya 6 bulan atau makanan yang tidak sesuai usianya.
"Misalnya dua bulan atau sebelum 6 bulan sudah dikasih pisang, itu tidak baik bagi pencernaannya dan bisa terjadi invaginasi," ujarnya.
Adapun gejala atau tanda bayi mengalami invaginasi, pertanda bayi menangis tiba-tiba dan mengangkat dua kakinya. "Dari tidur lalu nangis kejer dan dua kakinya diangkat," ujar Ruankha.
Kedua, buang air besarnya darah atau berwarna pink bercampur lendir. "Tidak ada warna kuningnya lagi BAB-nya," kata dia. Ketiga, muntahnya berwarna hijau. Keempat, kembung. "Tapi, tidak selalu kembung, karena bayi kadang perutnya gendut".
Ruankha menyarankan para orang tua untuk segera membawa anaknya ke dokter, jika menemukan gejala tersebut. "Karena cara memastikannya dengan pemeriksaan ultrasonografi atau USG," ujarnya.
Jika terbukti ususnya masuk ke dalam usus atau invaginasi, dokter akan melakukan tindakan pelepasan. "Harus dilepaskan, kalau tidak nanti ususnya busuk dan ini membahayakan nyawanya," kata Ruankha.
AFRILIA SURYANIS