TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas LKers didukung Kementerian Pariwisata menggelar peringatan 100 hari berpulangnya musisi Leo Kristi, hari ini, Kamis, 17 Agustus 2017. Kegiatan tersebut diadakan di Balairung Soesilo Soedirman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jalan Merdeka barat 17 Jakarta, mulai pukul 15.00.
Kegiatan yang bertajuk “Indonesia Tanah Airku, Di Sanalah Aku Berdiri” ini bukan saja berisi persembahan lagu-lagu almarhum Leo Kristi, tapi juga mengungkapkan Leo Kristi dari sisi lain, berupa pameran lukisan karya Leo Kristi dan pameran foto tentang Leo Kristi. Penyanyi troubadour ini merupakan pekerja seni.
Baca juga:
Musisi Leo Kristi Berpulang
Selain bermusik, Leo Kristi menumpahkan energi kreatifnya dengan melukis. Beberapa kali karya lukisnya ia angkut ke panggung saat berkonser, seperti di Bentara Budaya, Jakarta, Desember 2016 silam. Gaya lukisan yang ia tunjukan saat itu mendekati abstrak.
Di kesempatan ini pula diluncurkan buku “Napas Anak Negeri: In Memoriam Leo Kristi”, mengenai jejak perjalanan panjang Leo Kristi, serta bedah buku dan diskusi budaya, tepat di hari Kemerdekaan ke-72, ini.
Baca pula:
Leo Kristi Berpulang, Seniman Bandung: Dia Musisi Langka
Ahad, 21 Mei 2017, pemilik nama Leo Imam Soekarno ini berpulang di RS Emmanuel, Bandung pukul 00.45 WIB dalam usia 67 tahun.
Leo Kristi lahir di Surabaya, Jawa Timur, 8 Agustus 1949 dan telah berkali-kali menggelar konser musik yang dinamainya Konser Rakyat Leo Kristi. Beberapa albumnya antara lain Nyanyian Fajar (1975), Nyanyian Malam (1976), Nyanyian Tanah Merdeka (1977), Nyanyian Cinta (1978), Nyanyian Tambur Jalan (1980), Lintasan Hijau Hitam (1984), Biru Emas Bintang Tani (1985) yang gagal beredar, Deretan Rel Rel Salam Dari Desa (1985, aransemen baru), (Diapenta) Anak Merdeka (1991), Catur Paramita (1993) dan Tembang Lestari (1995, direkam pada CD terbatas), Warm, Fresh and Healthy (17 Desember 2010), dan album Hitam Putih Orche (2015).
S. DIAN ANDRYANTO