TEMPO.CO, Nunukan - Nama Pulau Sebatik yang masuk wilayah Kabupaten Nunukan semakin familiar usai dikunjungi Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo. Pulau ini juga berhasil memecahkan rekor dunia dengan jumlah pengibar bendera terbanyak saat Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia 2017.
Namun, tak semuanya baik-baik saja. Salah satunya adalah kondisi pendidikan di Kampung Sungai Batang, Desa Tanjung Karang, Kecamatan Sebatik Induk, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
"Tidak ada sekolah. Jadi anak-anak di situ sekolah di kampung lain," kata Ketua Forum Bela Negara Kalimantan Utara (FBN Kaltara), Wahyudi, kepada Tempo melalui saat dihubungi, Sabtu, 19 Agustus 2017.
Kondisi tersebut membuat para pelajar dari Kampung Sungai Batang memiliki sejumlah kendala. Terutama, akses untuk menuju ke sekolah mereka yang terletak di Kampung Sungai Taiwan, Desa Tanjung Karang, Kecamatan Sebatik Induk.
"Akses jalur darat tidak bisa dilalui ketika hujan turun, jalur alternatif lewat pinggir pantai juga tidak bisa dilalui ketika air laut sedang pasang," ungkap Wahyudi.
"Akibat sulitnya akses jalan, para pelajar kadang batal ke Sekolah dan bahkan ada yang putus sekolah."
Terdapat sekitar 50 Kepala Keluarga di Kampung Sungai Batang, hanya ada satu orang yang berpredikat sarjana (strata-1). Untuk prestasi, salah satu pelajar dari Kampung Sungai Batang pernah terpilih menjadi Pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) di Istana Negara pada tahun 2016 lalu mewakili Kaltara.
Prihatin dengan kondisi di Kampung Sungai Batang, FBN Kaltara akhirnya berinisiatif untuk mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Rumah sederhana milik warga menjadi gedungnya, luasnya sekitar 4x6 meter.
Kendalanya itu tanah milik warga sekitar, sehingga tidak bisa kita dirikan bangunan permanen. "Inilah upaya kami untuk memantik pemerintah daerah agar mau ikut peduli," kata Wahyudi.
SAPRI MAULANA