TEMPO.CO, Jakarta - Aksi kejahatan siber yang dilakukan Saracen berlangsung sistemik. Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin menduga ada pihak tertentu yang turut membiayai grup tersebut. Selain tujuan ekonomi, Grup Saracen, juga berpotensi memecah persatuan bangsa dan meresahkan masyarakat.
" Pasti ada pemodal yang membiayai semua itu" kata Hasanuddin di Jakarta, Kamis 24 Agustus 2017. " Tak mungkin Saracen melakukan penyebaran ujaran kebencian tanpa biaya."
Hasanuddin meminta institusi lainnya untuk bersinergi dengan kepolisian agar kejahatan siber tersebut bisa diselesaikan secara tuntas. Ia mengajak pihak aparat dan masyarakat untuk mengusut tuntas dan mengungkap pihak yang terlibat di Grup Saracen.
BACA: Petinggi Saracen Jasriadi Disapa Bos oleh Tetangganya
Hasanuddin mengingatkan Polri sebagai institusi untuk tidak ragu dalam menangkap otak intelektual dan pendana Grup Saracen tersebut. Apalagi sanksi hukum bagi penyebar konten ujaran kebencian sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Dalam UU ITE sudah secara jelas disebutkan bahwa pelaku penyebar konten ujaran kebencian bisa dipenjara hingga 6 tahun penjara. Jadi Polri jangan ragu untuk menindak tegas pelaku," ujar Purnawirawan Jendral TNI bintang dua itu.
BACA: Sindikat Konten Kebencian Saracen Ditangkap Polisi, Siapa Mereka?
Polisi berhasil menangkap tiga pengelola Saracen. Tiga pengelola tersebut yaitu MFT yang berperan membidangi media dan informasi situs Saracennews.com. Kedua, SRN (32) yang berperan sebagai koordinator grup wilayah. Ketiga, JAS (32) yang berperan sebagai ketua.
Kelompok Saracen telah muncul di dunia siber sejak November 2015. Mereka menggunakan media sosial untuk menyebarkan ujaran kebencian berkonten SARA. Ada beberapa media yang mereka gunakan di antaranya Grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, situs Saracennews.com.
Polisi mengatakan jumlah akun yang tergabung dalam jaringan Grup Saracen, ada dari 800.000 akun. Sejauh ini diketahui motif dari grup tersebut adalah mencari keuntungan ekonomi.
ALFAN HILMI