Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Myanmar Nyatakan Pemberontak Rohingya, ARSA, Teroris

image-gnews
Pengungsi Rohingya melihat tenda tempat tinggalnya yang rusak akibat topan Mora di kamp pengungsian  Balukhali,  Coxs Bazar, Bangladesh, 31 Mei 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Pengungsi Rohingya melihat tenda tempat tinggalnya yang rusak akibat topan Mora di kamp pengungsian Balukhali, Coxs Bazar, Bangladesh, 31 Mei 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Iklan

TEMPO.CO, Yangon -Pemerintah Myanmar telah menetapkan pemberontak Bengali, mengacu pada etnis Rohingya dan Tentara Penyelamat Rakyat Rohingya atau ARSA sebagai kelompok teroris.

"Dengan persetujuan pemerintah Union, Komite Sentral untuk Terorisme menyatakan bahwa Bengali dan ARSA sebagai kelompok teroris," kata pernyataan Komite Informasi Kantor Penasihat Negara seperti yang dilansir Eleven Myanmar pada 26 Agustus 2017.

Dengan begitu setiap tindakan pemberontakan Bengali dan ARSA akan dijerat dengan   Undang Undang Anti-Terorisme Myanmar.

Baca: Sudah 70 Orang Tewas Akibat Serangan Pemberontak Rohingya

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa pemerintah telah membentuk Rakhine State Peace and Stability, Rule of Law and Development Committee untuk menyelesaikan konflik di Negara Bagian Rakhine.

"Pemerintah bekerja untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada penduduk setempat dan membawa keamanan regional dan pembangunan ke wilayah tersebut," kata pernyataan tersebut.

Pada Jumat dini hari, 25 Agustus 2017, pemberontak Bengali dan ARSA melakukan serangan terkoordinasi terhadap sekitar 24 pos polisi dan militer di beberapa wilayah di negara bagian Rakhine. Sdikitnya 89 orang tewas baik dalam serangan itu maupun operasi pembalasan oleh pihak militer Myanmar.

Baca: Kronologi Pemberontak Rohingya Serang 24 Pos Polisi Myanmar

Serangan tersebut bukan pertama kalinya dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan etnis muslim Rohingya yang tertindas.

Pada tanggal 9 Oktober 2016, ARSA melakukan serangan fajar di markas besar polisi penjaga perbatasan No.1, sebuah pos polisi dan sebuah kantor di Kotapraja Maungdaw di Negara Bagian Rakhine. Dalam serangan yang terorganisir, 9 anggota polisi terbunuh dan 48 senjata dengan berbagai jenis, 6.624 peluru dan 47 bayonet hilang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah serangan tersebut, lebih banyak anggota polisi dikirim ke polisi penjaga perbatasan No.1.  Pasukan penjaga perbatasan berusaha mengembalikan keamanan, perdamaian, stabilitas dan supremasi hukum ke wilayah tersebut.

"Tapi pembunuhan etnis lokal yang tidak berdosa dan ancaman serta rekayasa yang dilakukan oleh teroris dapat menghambat perdamaian regional dan peraturan perundang-undangan," tambah pernyataan tersebut.

Baca: Longgarkan Gerakan Rohingya, Myanmar Terhindar dari Ekstrimisme

Pasukan keamanan juga mengatakan, pihaknya telah menemukan kamp pelatihan teroris di May Yu Mountain beberapa waktu lalu.

Pemerintah Myanmar juga menuding ARSA membunuh 34 hingga 44 warga sipil serta menculik 22 korban lainnya yang dituduh berkolaborasi dengan pemerintah. Namun segala tudingan itu dibantah oleh ARSA seraya menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kaitan dengan kelompok teroris manapun. Target mereka hanya satu yakni melawan rezmi Myanmar yang menindas.

ARSA atau sebelumnya dikenal dengan Harakah al-Yaqin alias Gerakan Iman adalah sebuah nama kelompok pemberontak yang melakukan aksi di hutan belantara negara bagian Rakhine, Myanmar.

Kelompok ini dipimpin oleh Ata Ullah, seorang warga Rohingya kelahiran Karachi, Pakistan, dan besar di Mekkah, Arab Saudi. Selanjutnya dia mendirikan kelompok bersenjata ini sebagai alat perjuangannya ketika kaum Rohingya teraniaya di Myanmar pada 2012.

Meskipun tidak ada bukti kuat bahwa ARSA, kelompok pemberontak Rohingya, memiliki jaringan asing dan mendapatkan bantuan finansial dari gerakan Islam asing, tetapi pemerintah Myanmar menduga bahwa kelompok ini terkait dan mendapatkan bantuan dari kelompok Islam dari luar Myanmar.

ELEVEN MYANMAR|YON DEMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

Sebuah perahu yang membawa pengungsi Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, terlihat terdampar di perairan lepas pantai Bireuen, provinsi Aceh, Indonesia, Senin, 27 Desember 2021. Indonesia akan mengizinkan kapal yang penuh dengan Rohingya yang terdampar di lepas pantainya untuk berlabuh. Aditya Setiawan via REUTERS
120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.


Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.


Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Puluhan warga Rohingya berada diatas kapal saat akan dipindahkan ke pulau Bhasan Char dekat Chattogram, Bangladesh, 29 Desember 2020. Bangladesh meyakinkan hanya mengirimkan orang-orang yang mau direlokasi, kendati relokasi diperlukan untuk mengurangi kepadatan di kamp-kamp pengungsian yang dihuni oleh lebih dari satu juta etnis Rohingya. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.


100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

Seorang pengungsi membawa poster saat melakukan aksi protes epatriasi atau pemulangan para pengungsi di kamp Unchiprang di Teknaf, Bangladesh, 15 November 2018. Para pengungsi Rohingya beralasan khawatir keselamatan jiwa raga mereka jika harus kembali ke Myanmar. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.


Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Pengungsi Rohingya, yang melintasi perbatasan dari Myanmar dua hari sebelumnya, berjalan setelah mereka mendapat izin dari tentara Bangladesh untuk melanjutkan ke kamp-kamp pengungsi, di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh 19 Oktober 2017. Bulan ini menandai peringatan kedua tentang pelarian lebih dari 730.000 Rohingya dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat laut ke Bangladesh setelah tindakan keras pimpinan militer dalam menanggapi serangan oleh gerilyawan Muslim di pos-pos polisi Myanmar. REUTERS / Jorge Silva / File Photo
Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya


Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.


Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi tersenyum usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Norwegia Borge Brende di Kementerian Luar Negeri Myanmar di Naypyitaw, Myanmar 6 Juli 2017. [REUTERS / Soe Zeya Tun]
Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.


Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.


Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi menghadiri makan siang khusus tentang pembangunan berkelanjutan di sela-sela KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, 4 November 2019. Suu Kyi akan muncul di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk memperebutkan sebuah kasus yang diajukan oleh Gambia menuduh Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya, kata pemerintahnya, Rabu.[REUTERS / Soe Zeya Tun / File Photo]
Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya


Komisi Pemilu Myanmar Batalkan Pemilu di Rakhine, 1 Juta Orang Tidak Memilih

17 Oktober 2020

Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi pada Pengadilan Internasional (ICJ)
Komisi Pemilu Myanmar Batalkan Pemilu di Rakhine, 1 Juta Orang Tidak Memilih

Komisi Pemilu Myanmar membatalkan pemilu di Rakhine, lebih dari 1 juta orang tidak memberikan suara, 600 ribu di antaranya etnis Rohingya.