TEMPO.CO, Jakarta - Aksi Kamisan ke-505 untuk menuntut penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia masa lalu digelar di depan Istana Negara, hari ini, Kamis, 7 September 2017. Aksi ini juga menandakan bahwa sudah 505 Kamis dilewati Sumarsih, yang kehilangan putranya pada tragedi 1998, serta sejumlah aktivis yang menuntut penyelesaian sejumlah kasus pelanggaran HAM.
Aksi ke-505 Kamisan ini juga bertepatan dengan 13 tahun tewasnya aktivis HAM, Munir Said Thalib, pada 7 September 2004. "Negara gagal menemukan pembunuh berikut dalang-dalangnya," kata aktivis Dhandy Laksono, saat berorasi di Taman Aspirasi, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis, 7 September 2017.
Tahun 2017 juga menandai tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo yang berjanji menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat. Namun hingga kini sejumlah aktivis HAM belum melihat ada tanda-tanda Presiden memenuhi janji politiknya pada 2014 lalu.
Acara ini dihadiri ratusan orang aktivis dan simpatisan HAM yang memenuhi Taman Aspirasi. Cerita pendek karya Seno Gumira Ajidarma, Aku Pembunuh Munir, dibacakan Bentara Bumi di hadapan peserta Kamisan.
Aktor sekaligus pegiat seni, Rio Dewanto, turut hadir bersama mobil kombi Filosofi Kopi miliknya. Rio mengingatkan janji Presiden untuk menuntaskan kasus-kasus HAM, termasuk kasus pembunuhan Munir. "Yang saya tahu, Pak Jokowi janji menuntaskan kasus tersebut, tapi belum terjadi sampai detik ini, bahkan kasus HAM bertambah terus," ujarnya.
Istri Munir, Suciwati, hadir membacakan surat kepada Presiden meminta pengusutan kasus pembunuhan suaminya diusut tuntas. Surat ini, kata dia, mengingatkan Presiden terhadap janjinya untuk mengusut kasus Munir. "Surat ini akan saya kirim ke Jokowi hari ini. Semoga Pak Jokowi membaca, mendengar, dan jangan budeg," kata Suciwati sambil membacakan surat tersebut.
ARKHELAUS W.