TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pemasaran Digital Terintegrasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Hafit Timor Mas'ud mengatakan kondisitnis Rohingya yang menyelamatkan diri masih berada dalam kondisi yang menyedihkan. Mereka kekurangan makanan, pakaian, dan hidup dalam kondisi memprihatinkan.
"Kondisinya (pengungsi Rohingya) masih sangat menyedihkan, banyak dari mereka menuju pengungsian untuk menyelamatkan diri," kata Hafit di kantornya di Menara 165 Office Tower, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Kamis, 7 September 2017.
Baca juga: Menlu Retno Marsudi: Pengungsi Rohingya Butuh Tenda
ACT adalah lembaga kemanusiaan yang melakukan misi kemanusiaan di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh maupun Myanmar. Ada sekitar 30 relawan ACT yang bekerja di kamp pengungsian Kanzarpara, Bangladesh, dan 2 relawan di Rakhine State, Myanmar.
Hafit mengatakan para pengungsi melarikan diri menuju perbatasan Bangladesh-Myanmar sejak kekerasan kembali melanda mereka. Jumlahnya mencapai 123 ribu orang. Mereka datang ke pengungsian dengan kondisi lemah, pakaian compang-camping, dan kekurangan makan. Tak ada bekal yang mereka bawa, karena harta benda dan rumah-rumah mereka habis dibakar.
"Mereka melintasi hutan-hutan, sungai. Kalau hujan, kehujanan, kalau panas kepanasan," kata Hafit.
Tiba di pengungsian pun tidak lantas membuat keadaan menjadi mudah. Dari laporan relawan ACT di Kamp Kanzarpara, setiap hari ada sekurangnya 10 pengungsi meninggal, terutama anak-anak, perempuan, dan lansia. Ini disebabkan kondisi buruk yang dialami pengungsi. Mereka banyak yang sakit, kekurangan gizi, maupun tidak ada susu untuk balita.
Presiden ACT Ahyudin mengatakan relawan ACT bergerak cepat mendistribusikan kebutuhan paling mendesak bagi pengungsi Rohingya. "Kemarin ada 10 ribu paket nasi biryani dari Indonesia untuk ribuan Rohingya yang baru saja datang menyeberangi Sungai Naf," kata Ahyudin dalam video pernyataannya di ruang Media Center for Rohingya Crisis, Menara 165, Cilandak, Jakarta Selatan.
AMIRULLAH SUHADA