TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengadaan Strategis 1 PT PLN (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan total komitmen pembangunan pembangkit listrik yang sudah ditandatangani untuk program 35 ribu megawatt (MW) sudah mencapai sekitar 16 ribu MW.
Nicke mengatakan dari keseluruhan komitmen, hampir semuanya sudah mulai masuk ke tahap konstruksi. "Karena financial close-nya sudah," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat, 8 September 2017.
Sementara sisanya diperkirakan terlaksana pada tahun depan. Menurut dia, total pembangkit yang sudah masuk tahap konstruksi kini mencapai 47 persen. Proses konstruksi bisa segera dilaksanakan setelah fase perencanaan dan pengadaan rampung.
Hari ini, PLN kembali menandatangani perjanjian jual beli listrik dari energi baru terbarukan. Sebanyak 11 perusahaan berkomitmen menyediakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) dengan total kapasitas 291,4 megawatt (MW).
Proyek tersebut akan tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Total investasinya diperkirakan sebesar Rp 8 triliun.
Dengan penandatanganan pembangkit tenaga listrik hari ini, total pembangit tenaga listrik dari energi terbarukan saat ini sekitar 700 MW. Angka tersebut belum termasuk kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. "Kalau kapasitas PLT Panas Bumi dihitung, jumlahnya sekitar seribu MW," kata Direktur Utama PLN, Sofyan Basir.
Kapasitas pembangkit tenaga listrik dari EBT ditargetkan melebihi 1.300 MW hingga akhir tahun ini. Sofyan mengatakan akan ada tambahan 200 hingga 300 MW kapasitas dari PLTA dan PLTM sekitar 100 MW dalam waktu dekat.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan proyek pembangunan pembangkit listrik dari energi baru terbarukan mendukung komitmen pemerintah dalam mencapai target bauran energi 2025. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan sebesar 35 persen. Saat ini, porsinya baru sekitar 12 persen. "Kami akan coba semoga targetnya bisa tercapai," kata dia.
VINDRY FLORENTIN