Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Horor Rohingya: Warga Disuruh Masuk Rumah Lantas Dibom  

image-gnews
Sejumlah rumah hangus terbakar di desa Gawdu Zara, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, 7 September 2017. Rumah-rumah milik etnis minoritas Rohingya hangus terbakar usai ditinggalkan pemiliknya untuk melarikan diri. AP Photo
Sejumlah rumah hangus terbakar di desa Gawdu Zara, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, 7 September 2017. Rumah-rumah milik etnis minoritas Rohingya hangus terbakar usai ditinggalkan pemiliknya untuk melarikan diri. AP Photo
Iklan

TEMPO.CO, SHAMLAPUR—Kisah horor dan kengerian diceritakan sejumlah pengungsi Rohingya yang tiba dengan perahu di kawasan pantai Shamlapur, Bangladesh.

Seperti dilansir BBC, Jumat 8 September 2017, dengan menangis, para pengungsi ini menceritakan kekejaman tentara militer Myanmar dan kelompok nasionalis Buddha di negara bagian Rakhine.

Beberapa orang, termasuk pria, mulai terisak tak terkendali. Tubuh mereka terengah-engah. Mereka seolah tak percaya masih hidup. Beberapa dari mereka disodori telepon genggam oleh penduduk setempat sehingga cerita mereka bisa terekam.

Baca: Bisnis Migas di Myanmar Jadi Salah Satu Pemicu Konflik Rohingya?

Dil Bahar, wanita berusia 60-an tahun, menangis sesenggukan. Suaminya, Zakir Mamun, pria lemah dengan jenggot tipis, berdiri di belakangnya.

Seorang anak laki-laki remaja sedang bersama mereka, lengannya terbungkus kain yang dililit tali. Lengan yang terbungkus kain itu merupakan akibat dari tembakan peluru tentara Myanmar.

Wajahnya berkerut kesakitan. ”Dia cucuku, Mahbub,” kata Dil Bahar. ”Dia ditembak di lengan.”

”Ini pembantaian,” ujar Zakir Mamun. Desa mereka berada di Buthidaung, sekitar 50 kilometer dari perbatasan Bangladesh.

Serangan militer Myanmar, menurut mereka, terjadi tanpa peringatan apapun.

Infografis: Perjalanan Konflik Rohingya

”Mereka datang untuk membunuh kami,” kata Zakir. ”Orang-orang diperintahkan masuk ke dalam rumah melalui pengeras suara, oleh militer. Kemudian militer dan massa melemparkan bom ke rumah kami, membakar mereka hidup-hidup.”

Ketika penduduk desa yang selamat mencoba pergi, para penyerang melepaskan tembakan. ”Orang-orang jatuh terjerembab, saat mereka terkena,” kata Zakir. ”Kami berlari ke gunung dan bersembunyi.”

Zakir Mamun mengatakan tentara Myanmar menyerang desa mereka. Anaknya, ayah Mahbub, terbunuh. ”Sepanjang malam kami bisa mendengar penembakan tersebut, 'roket' meledak,” kata Zakir.

Baca: Bahas Nasib Rohingya, Menteri Retno ke Myanmar

Keesokan paginya, mereka melihat desa mereka berubah jadi reruntuhan bangunan. Asap membumbung dari rumah-rumah yang membara. ”Semuanya hilang,” katanya.

Zakir, istri dan cucunya mengumpulkan beberapa peralatan yang tidak rusak serta beberapa makanan mentah. Mereka berjalan kaki selama 12 hari, melintasi dua gunung dan kemudian melewati hutan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

”Nasi kami habis pada hari kedelapan,” kata Zakir. ”Kami tidak makan apa-apa, kami bertahan dengan tanaman dan air hujan.”

Sementara seorang wanita paruh baya, yang berpakaian hitam, sedang mengamati cakrawala dengan cemas, melindungi matanya. Wanita bernama Rohima Khatun itu sedang menunggu saudaranya.

Karena terburu-buru melarikan diri, mereka terpisah. Rohima berhasil menyeberang ke Bangladesh melalui jalur laut. Dia berharap saudaranya, Nabi Hasan, termasuk di antara ratusan orang yang datang melalui laut.

Saat kapal keempat mencapai pantai, dia menjerit dan mulai berlari. Seorang pemuda datang dengan terpincang-pincang di seberang pantai dan keduanya saling berpelukan.

Nabi Hasan dan Rohima Khatun nyaris tak percaya bahwa mereka masih hidup dan dipertemukan lagi.

”Dia ya Allah, dia Allah,” gumam Rohima Khatun. ”Saya tidak berpikir bahwa saya akan melihat kamu,” balas Nabi Hasan sambil menyeka air mata saudara perempuannya.

”Desa kami diserang oleh militer,” tutur mereka. ”Bersama dengan Mogs,” lanjut mereka merujuk pada komunitas nasionalis Buddha yang tinggal di Rakhine.

”Kami adalah yang berhasil selamat dari 10 anggota keluarga.”

Baca: Rohingya Angkat Senjata, Ribuan Warga Lari dan Dievakuasi  

Kekerasan terbaru di Rakhine dimulai pada 25 Agustus 2017 setelah kelompok gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang pos-pos polisi yang menewaskan sekitar 12 petugas.

Militer Myanmar kemudian meluncurkan operasi brutal dan mengaku telah membunuh sekitar 370 yang mereka klaim anggota gerilyawan Rohingya.

Namun, laporan kredibel dari para aktivis menyebut sekitar 135 termasuk wanita dan anak-anak Rohingya di satu desa di Rakhine dibantai.

Kelompok pengungsi Rohingya yang selamat itu kini dipindahkan ke sebuah kamp pengungsi yang luas di Balukhali. Mahbub telah dibawa ke klinik yang dikelola oleh International Organization of Migration. ”Saya senang berada di Bangladesh,” kata Zakir. "Ini negara Muslim, kami selamat di sini.”

BBC | SITA PLANASARI AQUADINI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

8 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

20 hari lalu

Suasana pemeriksaan kesehatan deteni atau tahanan WNA di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta di Cengkareng, Jakarta Barat. Foto: TEMPO/ JONIANSYAH HARDJONO
Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

Umar Syarif, 56 tahun, sudah 24 tahun berada di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. WNA asal Bangladesh ini sudah betah dan tak ingin pulang


Tujuh Kecelakaan Industri Terbesar di Bangladesh, Apa Sebabnya?

27 hari lalu

Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air untuk memadamkan api yang terjadi di gedung bertingkat di Dhaka, Bangladesh, 29 Februari 2024. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Tujuh Kecelakaan Industri Terbesar di Bangladesh, Apa Sebabnya?

Sedikitnya 46 orang tewas dan 22 lainnya luka parah di ibu kota Bangladesh, Dhaka, setelah kebakaran besar terjadi di sebuah restoran.


Kebakaran Melanda Gedung Bertingkat Enam di Bangladesh, 46 Orang Tewas

27 hari lalu

Ilustrasi kebakaran. ANTARA
Kebakaran Melanda Gedung Bertingkat Enam di Bangladesh, 46 Orang Tewas

Kebakaran hebat melanda sebuah restoran di gedung berlantai 6 di Bangladesh. Banyak korban tewas.


Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan

40 hari lalu

Tiga tersangka tindak pidana penyelundupan imigran Rohingya di Kantor Kejari Aceh Besar di Aceh Besar. ANTARA/HO-Kejari Aceh Besar
Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan

Setiap pengungsi Rohingya diharuskan membayar 100 ribu taka atau setara Rp 15,7 juta kepada 3 tersangka untuk pergi ke Indonesia.


14 Polisi Perbatasan Myanmar Kabur ke Bangladesh, Ada Apa?

52 hari lalu

Fotografer membantu pengungsi Rohingya untuk keluar dari Sungai Nad saat mereka melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Palong Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 1 November 2017. Ratusan ribu warga Rohingya mengungsi dari negara bagian Rakhine untuk menghindari kekerasan. REUTERS/Hannah McKay
14 Polisi Perbatasan Myanmar Kabur ke Bangladesh, Ada Apa?

Sebanyak 14 anggota polisi penjaga perbatasan Myanmar melarikan diri ke Bangladesh akibat meningkatnya bentrokan dengan Tentara Arakan


Bangladesh Deteksi Sub-Varian Baru Covid-19, Tidak Mematikan tapi Cepat Menular

19 Januari 2024

Ilustrasi Covid-19.
Bangladesh Deteksi Sub-Varian Baru Covid-19, Tidak Mematikan tapi Cepat Menular

Bangladesh mendeteksi sub-varian baru Covid-19, JN.1, yang disebut sebagai strain omicron "varian menarik" oleh WHO


Menilik Pemilu Bangladesh yang Menangkan Sheikh Hasina untuk Lima Periode

9 Januari 2024

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina. ANTARA FOTO/AACC2015
Menilik Pemilu Bangladesh yang Menangkan Sheikh Hasina untuk Lima Periode

Perdana Menteri Sheikh Hasina, putri bapak pendiri Bangladesh, kembali memenangkan pemilu untuk yang kelima kalinya.


AS: Pemilu Bangladesh Tidak Bebas dan Adil

9 Januari 2024

Orang-orang melempar batu untuk memecahkan jendela kereta penumpang yang terbakar, menjelang pemilihan umum, di Dhaka, Bangladesh, 5 Januari 2024. REUTERS/Mohammad Ponir
AS: Pemilu Bangladesh Tidak Bebas dan Adil

Amerika Serikat menilai pemilu Bangladesh, yang diboikot oposisi, tidak berlangsung bebas dan adil, serta prihatin atas ketidakberesannya.


Menlu Retno: Stabilitas di Myanmar Jadi Kunci Penyelesaian Isu Rohingya

8 Januari 2024

Sejumlah pengungsi etnis Rohingnya berada di tempat penampungan sementara di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (4/1/2024). United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) saat ini masih berkoordinasi dengan pemerintah daerah, mitra kerja, dan masyarakat sekitar untuk memastikan kondisi 157 pengungsi etnis Rohingya mendapatkan keselamatan dan kelayakan tempat tinggal. ANTARA FOTO/Yudi
Menlu Retno: Stabilitas di Myanmar Jadi Kunci Penyelesaian Isu Rohingya

Menlu Retno mengatakan demokrasi dan stabilitas di Myanmar menjadi kunci penyelesaian isu Rohingya.