TEMPO.CO, Seoul—Perdana Menteri Korea Selatan Lee Nak-yon mengatakan Korea Utara diduga akan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Sabtu besok. Menurutnya, dialog dengan Pyongyang bukan prioritas untuk saat ini, tapi sanksi kuat yang dibutuhkan.
”Saya percaya bahwa sekarang adalah saatnya untuk memperkuat sanksi ke tingkat maksimum dengan sementara mengamankan sarana pencegahan militer. Dialog pada akhirnya diperlukan, tapi sekarang bukan saatnya untuk berbicara tentang dialog dengan Korea Utara,” kata Lee kepada Fox News, Jumat 8 September 2017.
Tanggal 9 September sendiri diduga dipilih untuk memperingati ulang tahun Korea Utara.
Korea Utara dilaporkan telah memindahkan ICBM ke arah pantai baratnya pada awal pekan ini. Laporan yang dilansir Asian Business Daily itu menyebut pemindahan ICBM pada malam hari untuk menghindari deteksi satelit.
Baca: Korea Utara Ancam Habisi Amerika dengan 5 Juta Bom Manusia
Jika Pyongyang nekat menguji tembak ICBM pada Sabtu besok, maka itu akan menjadi uji coba yang ke-14 sejak Februari lalu. Korea Utara telah menembakkan 21 rudal sepanjang tahun ini dan telah melakukan uji coba senjata nuklir keenam kalinya.
Komentar PM Lee Nak-yon muncul saat rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut merayakan keberhasilan uji coba senjata nuklir jenis bom hidrogen pada hari Minggu lalu. Perayaan pada Kamis kemarin diramaikan dengan pesta kembang api.
Nam Sung-wook, seorang profesor Universitas Korea yang sebelumnya mengelola Institut Strategi Keamanan Nasional, mengatakan bahwa tekanan Kim Jong-un untuk membuat negaranya berkemampuan nuklir diduga telah berkembang saat dia masih remaja.
“Perkembangan terakhir (uji coba nuklir keenam Korut) sebagian besar disebabkan oleh karakter liar Kim. Jika Kim tidak dieliminasi, masalah ini (provokasi Korut) akan bertahan,” ujar Nam kepada para anggota parlemen Korsel seperti dilansir Yonhap.
Nam, yang jadi agen mata-mata Seoul antara 2008- 2012, mengatakan bahwa sang diktator Korut merupakan sosok yang temperamen, di mana dia pernah mengumbar bahasa kotor ketika pacarnya di masa SMA meminta untuk berhenti merokok.
”Saat Kim masih usia muda, pacarnya menasihatinya untuk berhenti merokok. Kemudian, calon diktator Korea Utara ini marah dan mengucapkan makian dengan bahasa kotor, yang mengejutkan sang pacar,” tutur Nam.
FOX NEWS | YONHAP | SITA PLANASARI AQUADINI