Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Alasan Nasionalis Buddha Myanmar Tolak Kehadiran Rohingya

image-gnews
Biksu Ashin Wirathu, diduga sebagai dalang kerusuhan dan pembantaian muslim rohingya. Paula Bronstein/Getty Images
Biksu Ashin Wirathu, diduga sebagai dalang kerusuhan dan pembantaian muslim rohingya. Paula Bronstein/Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Yangoon - Kaum nasionalis Buddha Myanmar telah memanfaatkan serangan milisi Rohingya, ARSA, sebagai senjata untuk membendung Islamisasi di negara itu.

Serangan ke pos polisi pada 25 Agustus lalu menewaskan sedikitnya selusin anggota pasukan keamanan Myanmar dan memicu bentrokan yang mengakibatkan kematian sekitar 400 orang. Lebih dari 370 ribu pengungsi Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh.

Baca: Bisnis Migas di Myanmar Jadi Salah Satu Pemicu Konflik Rohingya?

Bagi kaum nasionalis Buddha garis keras, kekacauan menjadi alasan untuk membentuk pencitraan negatif terhadap minoritas muslim Rohingya di negara itu.

Ma Ba Tha, sebuah kelompok yang dipimpin oleh biksu Buddha ultranasionalis, menggunakan serangan pada 25 Agustus sebagai propaganda di surat kabar mingguan mereka, Aung Zay Yatu, yang slogannya adalah "Ras dan Agama Harus Ada Sampai Dunia Berakhir."

Baca: Krisis Rohingya, Myanmar Menuai Kemarahan Dunia

Pada terbitan 1 September media itu, ada judul berita utama berbunyi Bahaya Berbeda bagi Muslim Bengali. Surat kabar itu juga menampilkan sebuah wawancara dengan Ashin Wirathu, seorang biksu garis keras dan pemimpin Ma Ba Tha, yang dipenjara karena menghasut kekerasan anti-muslim.

Beberapa hari setelah serangan Agustus di Rakhine, Wirathu tampil di sebuah demonstrasi di depan Balai Kota di Yangoon. Wirathu menyuarakan ketakutan akan Islamisasi di negara itu.

"Kami pernah ke beberapa sekolah menengah di Maungdaw dan kami tidak melihat orang-orang etnis kami di sekolah-sekolah ini," kata Wirathu merujuk pada salah satu dari tiga kota utama di Negara Bagian Rakhine utara yang terkena dampak konflik militer di sana. "Semuanya mahasiswa Bengali. Akankah dunia tahu siapa mayoritas atau siapa minoritas saat melihat kondisi itu?"

Pemimpin redaksi koran Aung Zay Yatu, Maung Thway Chun, mengatakan dia tidak memiliki kebencian terhadap muslim dan memiliki teman-teman muslim tapi ancaman "Islamisasi" adalah sebuah masalah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami tidak menindas muslim, dan kami mengenali keberadaan mereka. Tapi kita tidak ingin umat Islam menelan negara kita. Mereka tidak akan selesai dengan menyerang hanya Rakhine. Mereka juga akan menyerang wilayah Chin State atau Irrawaddy," kata Maung merujuk pada dua negara bagian yang terletak di selatan dan timur laut Rakhine State.

"Kalau begitu negara ini akan menjadi negara muslim. Sungguh memalukan bagi kita bahwa tanah yang kita warisi dari generasi kita sebelumnya akan hilang pada zaman kita."

Umat muslim berjumlah hanya sekitar 4 persen dari 53 juta orang di negara itu, dan Rohingya merupakan bagian dari kelompok minoritas ini. Tapi kondisi di Rakhine State memicu kecemasan eksistensial nasional bagi sebagian kalangan Buddha karena warga etnis Rohingya terkonsentrasi di wilayah itu dengan lebih dari 1,1 juta orang tinggal di sana.

Seperti yang dilansir The Atlantic pada 7 September 2017, Francis Wade, penulis buku Buddhist Violence and Making of a Muslim Other, mengatakan ada juga kecemasan lokal yang dirasakan oleh Rakhine (Buddhis) yang sering bersifat materialistis bahwa Rohingya akan mengambil alih tanah dan sumber daya lainnya.

Maraknya kekerasan di Rakhine State telah mempersulit upaya pemerintah Aung San Suu Kyi untuk menghadapi Ma Ba Tha. Banyak kritikus Barat melihat Suu Kyi sebagai orang yang berperasaan dalam menghadapi penindasan Rohingya, nasionalis Buddhis juga marah kepadanya tapi untuk alasan yang berlawanan. Mereka mengira dia lemah terhadap Rakhine dan "Islamisasi".

Salah satu hal pertama yang dilakukan Suu Kyi setelah berkuasa pada 2016, yakni menunjuk sebuah komisi yang dipimpin mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan untuk memberikan rekomendasi mengenai solusi terhadap konflik itu.

Namun, kurang dari dua bulan setelah dia mengumumkan kabar itu, kelompok yang kemudian dikenal sebagai Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan atau ARSA membunuh sembilan petugas di pos-pos penjagaan perbatasan dan memicu bentrokan yang menewaskan puluhan warga etnis Rohingya dan memaksa hampir 90 ribu orang memasuki Bangladesh.

Munculnya kelompok Rohingya, ARSA, memberi "oksigen baru" pada kelompok nasionalis Buddha, Ma Ba Tha.

THE ATLANTIC | YON DEMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

21 jam lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.


Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

6 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.


Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

6 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.


Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

9 hari lalu

Pengungsi etnis Rohingya membawa bantuan paket Lebaran dari Human Appeal Australia di tempat penampungan bekas kantor Imigrasi di Desa Blang Mee, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Selasa, 9 April 2024. Paket Lebaran yang berisi bahan pokok makanan harian itu diberikan kepada 252 jiwa pengungsi etnis Rohingya untuk menyambut Idul Fitri 1445 H di Aceh. ANTARA FOTO/Rahmad
Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya


Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

11 hari lalu

Julie Bishop. Reuters
Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

Mantan menlu Australia Julie Bishop ditunjuk sebagai utusan pribadi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk Myanmar.


Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

13 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

Meluasnya konflik bersenjata di seluruh Myanmar membuat masyarakat kehilangan kebutuhan dasar dan akses terhadap layanan penting


5 WNI Terjerat Online Scam di Myanmar

14 hari lalu

Judha Nugraha, Direktur perlindungan WNI & BHI Kementerian Luar Negeri. antaranews.com
5 WNI Terjerat Online Scam di Myanmar

Kementerian Luar Negeri sedang bekerja sama dengan KBRI Yangon dan KBRI Bangkok menangani kasus lima WNI terjerat online scam.


Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

20 hari lalu

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares. ANTARA/HO-KBRI Moskow.
Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia


Fadli Zon Dorong Perdamaian Myanmar

22 hari lalu

Fadli Zon Dorong Perdamaian Myanmar

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, memimpin pertemuan bilateral yang penting dengan Delegasi Parlemen Myanmar dalam Pengasingan di Sidang Parlemen Dunia (IPU) di Jenewa, Swiss.


Bentrok di Rakhine, MER-C Minta Rumah Sakit Tak Diusik Pihak Bertikai Myanmar

23 hari lalu

Seorang pria memegang perangkat rakitan selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. REUTERS / Stringer
Bentrok di Rakhine, MER-C Minta Rumah Sakit Tak Diusik Pihak Bertikai Myanmar

Ketua Presidium MER-C berharap Rumah Sakit Indonesia di Rakhine menjadi tempat netral di tengah konflik bersenjata Myanmar.