TEMPO.CO, Colorado - Angelina Jolie sedang menikmati tepuk tangan meriah di Telluride, Colorado setelah pemutaran perdana "First They Tilled My Father." Ini adalah film yang ingin dia buat, berdasarkan memoar tahun 2000 Loung Ung, yang berusia lima tahun ketika Khmer Merah memaksa keluarganya ke kamp kerja.
Dibutuhkan anggaran US$ 24 juta sehingga Angelina Jolie bisa membuat film yang tayang di Netflix.
"Dia memiliki pandangan yang sangat spesifik tentang cerita yang ingin dia ceritakan," kata Chief Officer Netflix Ted Sarandos. "Ini sangat baik. Sama seperti sumber daya yang kuat untuk membuat film kecil sebagai film besar, di mana tidak banyak infrastruktur di Kamboja. Pasti sulit dilakukan dimanapun, dengan semua bakat lokal. Semuanya terbayar di layar. "
Inilah visi Jolie untuk film tersebut, yang menjadi film terbesar yang pernah dibuat di Kamboja dan sekarang menjadi salah satu film asing yang masuk Oscar.
Ini beberapa kelebihan film arahan Angelina Joie:
1. Ung berusia 30 tahun ketika dia mulai berbicara dengan anggota keluarga di Kamboja dan mulai menulis buku First They Killed My Father: A Daughter of Cambodia Remembers.
Dan 17 tahun yang lalu, ketika Jolie mengunjungi Kamboja untuk pertama kalinya ketika syuting "Lara Croft: Tomb Raider, "Dia membaca memoar Ung dan sekaligus berkenalan. Lantaran itulah, Jolie mengadopsi anak Kamboja, Maddox. Sejak itu mereka berteman.
Jolie dan Ung mengerjakan naskah tersebut, mengaduk-aduk ceritanya menjadi skenario yang ramping dan mencari rincian visualnya. Ung masih menjaga kemeja biru dalam film tersebut, satu pakaian dari masa lalunya yang tidak berwarna hitam. "Buku itu adalah filmnya," kata Jolie. "Saya tidak merasa seperti membuat ini (fim), saya hanya meletakkan potongan-potongan gambar merujuk dari buku. Dan Maddox belajar tentang negaranya untuk pertama kalinya,' kata Jolie.
2. Diambil dri perspektif seorang gadis yang sangat tidak nyaman menceritakan kisahnya.
Di film tersebut Angelina Jolie perlahan membawa penonton melewati setiap transisi, menunjukkan semuanya dari sudut pandang Loung Ungi yang bermata lebar, yang belajar apa artinya tidak aman dan disalahgunakan juga kelaparan.
Sepanjang jalan, dia kehilangan anggota keluarga dan menjadi tentara anak. Dan dia akhirnya berpisah dari kedua orang tuanya dan semua kecuali satu saudara kandung.
Film ini menggaet Anthony Dod Mantle sebagai sinematografer yang meraih Oscar lewat film Slumdog Millionaire.
3. Ini adalah film Rakyat Kamboja
Film yang berlatar Kamboja yang terkenal lainnya adalah "The Killing Fields;". Tapi film ini berbeda karena Angelina Jolie memamaprkan dari kaca mata orang Kamboja sendiri, bukan orang kulit putih.
Jolie mengaku menyukai menjadi sutradara, karena dia bisa menuangkan isinya yang sesuai meski tekanan menjadi sutradara dan memastikan semuanya berjalan baik bagi semua orang bisa sangat sulit.
"Saya juga menyukai tanggung jawab dan saya ingin bekerja keras dan saya berharap bisa menjadi sutradara yang baik berkolaborasi dengan orang-orang hebat."
4. Desain suara yang halus, soundtrack minimal.
Marco Beltrami bagian scoring film tidak memberikan banyak suara dan soundtrack. "Saya ingin menggunakannya di tempat yang saya perlukan dan saya suka rasanya," kata Jolie.
"Karena itu adalah sudut pandang emosional seorang anak. Kita harus menjadi dia, menyerap banyak hal dengan kecepatan sehingga dia bisa membiarkan dirinya jeli, jadi dia langsung melihat beberapa hal pada akhirnya, dan saat itulah semakin mengerikan. Ini adalah pikiran anak yang diserang. "
Melihat hasilnya yang menakjubkan, Angelina Jolie menginginkan penonton yang lebih banyak tidak sebatas penonton Netflix. "Saya merasa film semacam ini membutuhkan penonton," katanya. "Saya ingin mendidik orang, saya ingin melakukan ini untuk Kamboja. Ini bisa menjangkau lebih dari 100 negara. Saya menghargai ada kalanya orang ingin melihat film bersama di rumah. Karena sangat emosional dan berat. Dan yang terbaik adalah benar-benar menyampaikan pesan ini. "
Indiewire| ALIA