Press center ini, terletak di gedung International Media Center yang bersebelahan dengan International Convention Center, menjadi tempat bekerja lebih dari seribu wartawan dari seluruh dunia. Kontingan wartawan asal Jepang saja sekitar 500 orang dan Amerika Serikat 300 orang.
Di lantai dua, yang selalu sibuk mulai pukul 9.00 hingga 22.00 waktu setempat, dipenuhi jajaran sekitar 200 komputer dan 20 televisi internal yang memperlihatkan acara-acara yang berlangsung.
Semua komputer masih mulus. Agaknya baru keluar dari toko. Mereknya Hewlett Packard dengan monitor berlayar datar jenis LCD yang langsing itu. Monitor ini harganya kira-kira tiga kali dari jenis monitor “gendut” yang biasa wartawan Tempo pakai di kantor.
Setiap dua komputer mengapit satu telepon. Untuk telepon lokal, gratis. Tapi untuk telepon ke tanah air – kadang-kadang mengirim berita harus menggunakan telepon karena tidak kebagian komputer – harus bayar dan mengandalkan collect call.
Di salah satu sudut juga disediakan sejumlah colokan untuk mereka yang membawa komputer notebook sehingga bisa online sendiri. Beberapa mesin fotokopi juga disediakan. Gratis, termasuk kertasnya.
Jika ingin mencetak pekerjaan yang diketik di komputer, juga bisa. Disediakan mesin printer dan semua komputer tersambung dengan printer tersebut. Jumlah printernya kira-kira satu untuk 15 komputer.
Para wartawan juga tidak terlalu dipusingkan jika ingin menulis tentang latar belakang dan sisi teknis acara ini. Ada information desk di sini. Tempat ini bisa mencari tahu mencari tahu kegiatan dan latar belakang APEC. Di sini bisa didapatkan mulai dari data tiap negara anggota, biografi para pemimpinnya, hingga jadwal acara para kepala negara.
Bagi yang haus saat bekerja, ruang ini juga menyediakan air mineral dan teh celup. Cuma, jeleknya, tidak disediakan gula. Bagi lidah Indonesia rasanya aneh minum teh tanpa gula, jadi, ya lebih banyak mengkonsumsi air mineral.
Kalau sedikit lapar, bisa turun ke lantai satu. Di lantai satu ada makanan gratis dalam jumlah cukup. Bukan makanan “berat” memang. Tapi, kata seorang wartawan asal Indonesia, “Lumayanlah, ada nasi.”
Yang juga sangat menyenangkan dari press center adalah para petugasnya yang masih muda-muda itu. Mereka semua bagus bahasa Inggrisnya. Sikapnya juga sangat membantu. Ini patut dicatat karena di Shanghai sangat sedikit orang yang bisa berbahasa Inggris.
Bagi wartawan Indonesia, juga masih ditambah kenyamanan karena disediakan bus ulang-alik dari hotel. Jaraknya lumayan jauh, sekitar 20 menit perjalanan bus.
Satu-satunya yang tidak menyenangkan di International Media Center adalah tanda no access ke semua jalan yang menghubungkan ke gedung International Convention Center. Padahal, di sanalah sumber berita kelas kakap dunia sedang berkumpul. (kurie suditomo)