Menurut Wahyudin, penurunan produksi itu disebabkan beberapa faktor, antara lain, karena pencurian, penjaringan oleh masyarakat dan semakin menipisnya hutan tempat walet mencari makan. "Banyak walet yang bermigrasi, mencari tempat yang banyak makanannya," ujar Wahyudin.
Soal pencurian dan penjaringan yang banyak dilakukan masyarakat, kata Wahyudin, sudah dilaporkan ke polisi. Tapi sampai kini tidak ada tindakan yang tegas dari aparat. Wahyudin, juga menyesalkan sikap pemerintah yang tidak memberikan perhatian pada pembudidayaan walet. "Padahal prospeknya bagus," paparnya.
Ia mencontohkan, di sejumlah daerah di Jatim seperti Probolinggo, Pasuruan dan Bangil, produksi tinggal 70 persen dari semula. Sedangkan di Gresik dan Sidayu, hanya tinggal sekitar 50 persen. Di Indonesia sarang burung ini dihargai Rp 12-13 juta perkilogram, sedangkan di Malaysia 4 juta Ringgit perkilogram.
Setiap tahun, sekitar 150 ton sarang walet di ekspor ke beberapa negara, diantaranya, Hongkong, Amerika dan Eropa. Tapi sejak 2002, ekpor itu menurun tinggal 75 ton pertahun
(adi mawardi-TNR)