Jusuf menjelaskan, kerusakan lingkungan yang terjadi selama empat tahun terakhir menyebabkan fungsi hutan penyangga air berkurang. Akibatnya, saat musim kemarau tiba hanya sedikit cadangan air yang tersisa untuk mengisi waduk-waduk dan bendungan. Kondisi ini diperparah dengan perluasan penanaman di daerah yang lebih dekat dengan bendungan, sehingga air yang mengalir ke daerah yang jauh dari bendungan semakin sedikit.
Maka, selain melakukan antisipasi jangka pendek seperti pembagian beras murah dan program padat karya, Jusuf mengatakan pemerintah telah menyiapkan dana Rp 1 triliun untuk perbaikan lingkungan (reboisasi) sebagai program jangka panjang. Dengan dana tersebut, tahun ini mulai September- ditargetkan 300 juta pohon dapat ditanam di 21 daerah aliran sungai seluas 300 ribu hektare di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Menurutnya, pemerintah berharap program ini dapat dilakukan setiap tahun dan diperluas areal tanamnya. Tahun depan 500 ribu hektare, selanjutnya sejuta hektare, ujarnya, sehingga dalam tiga tahun mulai terasa hasilnya. Hal lain yang akan dilakukan adalah perbaikan dan penataan saluran irigasi.
Jusuf menambahkan, dampak kekeringan tahun ini merupakan yang terburuk sejak musim kemarau 1997 lalu. Daerah yang paling menderita adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan mengatakan, kabupaten yang paling parah di daerahnya adalah Indramayu dengan luas lahan persawahan yang kekeringan 57 ribu hektare. Selanjutnya Cirebon 30 hektare dan Ciamis 28 hektare.
Oleh sebab itu, selain melakukan reboisasi, Danny berharap pemerintah segera mewujudkan pembangunan bendungan Jatigede untuk membasahi wilayah-wilayah tersebut. (Adek-Tempo News Room)