"Itu sebuah penyerangan model koboi. Saya tidak setuju, karena memberantas terorisme dengan terorisme negara, suatu cara yang tidak menyelesaikan masalah," tegas Syafi'i saat ditemui di kampus Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (8/10).
Akibat global dari serangan itu, papar Syafii, dunia akan terbelah. Begitu pula dengan dunia Islam. Hubungan Amerika dan negara-negara barat sekutunya akan memburuk dengan kalangan negara Islam. Sementara, dunia Islam juga akan terpecah dalam pro dan kontra terhadap serangan tersebut. Karena ada pula negara Islam yang mendukung serangan itu lantaran Amerika memberikan konsesi tertentu. Lebih jauh, Syafii menjelaskan, Ini buruk sekali. Keamanan dunia yang ingin dicapai tidak akan terdekati sama sekali. Saya setuju terorisme harus dilenyapkan. Tapi kalau cara penyelesaian seperti itu, (terorisme) tidak akan berkurang. Mati satu, akan muncul lainnya, tegasnya.
Untuk menumpas terorisme, saran Syafi'i, Amerika Serikat bisa menempuh jalur diplomasi. Atau, dengan operasi intelijen untuk menangkap tersangka peledakan WTC dan Pentagon. Dengan catatan, tindakan tersebut harus didasari bukti-bukti kuat. Dengan penyerangan terbuka, rakyat yang tidak berdosa ikut jadi korban, sesalnya.
Syafii berharap umat Islam Indonesia menanggapi serangan itu secara lebih beradab. Ia mengecam bertebarnya ancaman terhadap warga asing di Indonesia berkaitan dengan gempuran Amerika ke Afganistan.Jangan karena serangan itu lalu kita merusak, mengancam orang asing. Itu juga tidak beradab," tegasnya.
Perihal rencana sebagai umat Islam untuk berjihad ke Afganistan, Syafii menegaskan jihad tidak semata-mata dengan perang kendati keputusan tersebut merupakan hak pribadi. Masalahnya, apa yang bisa dilakukan umat Islam Indonesia di Afganistan? Kepergian untuk jihad harus didasari perhitungan matang. Sebab, kalau tidak, hanya akan pergi mati saja. "Boleh saja berkeyakinan bahwa itu mati syahid. Tapi medan di Afganistan itu luar biasa berat, berbukit-bukit, bergunung-gunung, bergoa-goa dan tandus. Uni Soviet saja payah di sana menghadapi Afganistan," katanya. (Heru C. Nugroho)