Kami sadar ini masih terlalu optimis. Ada keinginan dari dewan agar jangan membuat asumsi terlalu tinggi karena akan memberatkan APBN, ujar Menteri Keuangan, Boediono, dalam rapat panitia anggaran membahas asumsi RAPBN 2002 di DPR, Senin (8/10) malam. Selain itu pemerintah juga mengajukan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar empat persen. Ini berarti lebih rendah satu persen dibanding asumsi yang pernah dikemukakan pemerintah yakni sebesar 5 persen. Dengan asumsi tersebut maka pendapatan negara terutama penerimaan dalam negeri diharapkan akan mencapai Rp 2.925 triliun yang berarti naik Rp 3,1 triliun dibanding asumsi RAPBN 2002 yang lalu yaitu Rp 289,4 triliun.
Dari segi anggaran belanja, jelas Budiono, terdapat kenaikan, Hal ini disebabkan adanya kenaikan kurs. Diasumsikan anggaran belanja akan menanjak sebesar Rp 338,4 triliun atau naik Rp 5,9 triliun dibanding asumsi sebelumnya, sebesar Rp 332,5 triliun. Dengan demikian pemerintah memperkirakan defisit APBN akan meningkat dari 2,5 persen menjadi 2,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Berarti ada kenaikan sebesar Rp 2,3 triliun, imbuh Boediono.
Sementara, total defisit yang diasumsikan pemerintah menjadi Rp 45,9 triliun dan dana perimbangan diasumsikan sebesar Rp 91,5 triliun setelah sebelumnya asumsi RAPBN 2002 memiliki dana perimbangan sebesar Rp 90,3 triliun. Ini berarti ada kenaikan sebesar 1,2 triliun dari dugaan sebelumnya. Dengan asumsi demikian, maka menurut Boediono, pemerintah akan menghadapi masalah lain yaitu defisit menjadi lebih besar. Dahulu Rp 43 triliun sekarang menjadi Rp 45 triliun. Defisit sebesar itu rencananya akan ditutup dengan mengalokasikan dana dari privatisasi dan penjualan aset BPPN.
Dalam kesempatan ini pemerintah juga mengajukan dua skenario sementara harga minyak. Pertama, harga diasumsikan pada posisi US$ 22 per barel. Dengan asumsi kurs Rp 9.000 per dolar, pertumbuhan ekonomi 8 persen, inflasi 9 persen, SBI 14 persen maka hasil sementara skenario, menurut Boediono, pendapatan dalam negeri akan meningkat menjadi Rp 296,9 triliun. Ada peningkatan sebesar Rp 7,5 triliun dibanding perkiraan sebelumnya yakni Rp 289,4 triliun. Belanja negara meningkat menjadi Rp 343,1 triliun dari Rp 332,5 triliun. Ini berarti ada lonjakan sebesar Rp 10,6 triliun.
Pemerintah, kata Budiono, memiliki asumsi kedua yang dinilai lebih aman. Yakni harga minyak dipatok US$ 21 per barrel. Kalau revisi ke bawah akan sulit karena harus membagikan ke daerah kemudian harus menyisihkan 25 persen untuk dana perimbangan, cetus Boediono. Hingga laporan ini diturunkan, rapat panitia anggaran pemerintah masih berlangsung. Pemerintah saat ini masih mendengarkan pertanyaan dan komentar yang dilontarkan anggota dewan. Dari pihak pemerintah sendiri hadir Menteri keuangan didampingi Kepala Badan Anlisa Fiskal, Dirjen Lembaga Keuangan, Dirjen Anggaran, Dirjen Pajak, dan staf ahli Menkeu. (Ika Wirastuti / Istiqomatul Hayati-Tempo News Room)