Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Antara Kelebihan Dan Kegagalan

Ikhtisar sejarah satelit komunikasi, dan kegagalan satelit palapa b-2 yang dibuat oleh hughes aircraf company (hac) dan mcdonnel douglas astronautics company (mdmc). (ilt)

18 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ERA satelit komunikasi dibuka oleh Echo-1, satelit pasif milik lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA), yang diluncurkan Agustus 1960. Satelit sederhana ini berbentuk balon dan dibuat dari bahan mylar 0,0127 mm. Pada 1962 dan 1963, berturut-turut diluncurkan Telstar-1 dan Telstar-2, yang dibelanjai dan dibikin oleh American Telephone and Telegraph Company. Peluncuran ini mencatat babak baru, yaitu digunakannya transponder, dengan 600 saluran suara satu arah, atau satu saluran televisi, dan transmiter 2 W. Kejutan sesungguhnya terjadi pada 1963, tatkala NASA meluncurkan Syncom-1 satelit geostasioner pertama (Lihat: Tapi Mengapa?) Syncom-3, yang diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, digunakan untuk meneruskan siaran televisi Olimpiade Tokyo 1964 bagi para pemirsa di Benua Amerika. Sukses "keluarga" Syncom sekaligus mendemonstrasikan kemampuan satelit dalam komunikasi global dan menghilangkan keragu-raguan akan kelayakan satelit geostasioner. Sepanjang 1966-1974, NASA meluncurkan serangkaian satelit geostasioner dengan teknologi aplikasi. Perstiwa ini memungkinkan berbagai variasi eksperimen di lapangan ilmu dan teknologi, dan mendemonstrasikan kelayakan satelit, untuk navigasi komunikasi maritim dan udara, program pendidikan, bahkan pelayanan kesehatan. Bersamaan dengan itu mulai pula tercatat pelbagai kegagalan sateiit dalam tingkat yang berbeda-beda. Sebuah lompatan ke depan terjadi ketika satelit eksperimental teknologi komunikasi (CTS) diluncurkan Januari 1976. Dilengkapi dengan transmiter bertenaga tinggi, satelit yang dibangun dengan kerja sama departemen komunikasi Kanada dan NASA ini didesain untuk memungkinkan siaran televisi berwarna dan komunikasi suara dua arah. Palapa B-2, seperti halnya Palapa B- I, memang memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan pendahulunya, Palapa A-l, yang diluncurkan 8 Juli 1976. Misalnya, untuk memperkecil kemungkinan saling mengganggu dengan sistem lain, Palapa B-2 ditempatkan pada posisi orbit 113BT, dibandhlgkan dengan Palapa A-I yang menempati posisi orbit 83'TT. Dengan posisi ini, Palapa generasi kedua mampu menjangkau Indonesia-ASEAN-Papua Nugini, dibandingkan dengan Palapa generasi pertama yang hanya menjangkau Indonesia-ASEAN. Dengan 24 transponder, - dua kali Palapa generasi pertama - Palapa generasi kedua juga memiliki kepekaan, 3,5 kali. Tenaga output transpondernya 10 wat, dua kali lebih kuat dibandingkan dengan Palapa A, dan umur garansinya delapan tahun, setahun lebih panjang. Dalam hal keandalan - sisa transponder pada akhir umur - Palapa B mencapai 80%, 10% lebih kuat dibandingkan dengan Palapa A. Kalau Palapa A menggunakan gelombang frekuensi 30 dari 40 MHz, Palapa B menggunakan 36 dari 40 MHz. Indonesia, negeri dengan 13.677 pulau di antara 6 LU-11 LS dan 95 BT-141 BT, memang seakan memutlakkan pilihan atas sistem komunikasi satelit domestik (SKSD). "Pemakaian satelit komunikasi sudah menjadi keharusan, dan Indonesia sendiri setiap delapan tahun harus melakukan peluncuran dan pergantian satelit, dengan segala risikonya," ujar Menteri Parpostel Achmad Tahir meneruskan pesan Presiden Soeharto, pekan lalu. Dan angka-angka perkembangan pertelekomunikasian selama tujuh tahun terakhir seperti membenarkan pilihan itu. Pada akhir 1976, hanya ada 45 sentral telepon otomat dengan kapasitas satuan sambungan 160.600. Hingga akhir tahun lalu, jumlah sentral telepon otomat meningkat menjadi 169, dengan kapasitas satuan sambungan 583.861, suatu kenaikan sekitar 263,55%. Sentral teleks dalam negeri, yang tujuh tahun lalu tercatat 15 buah dengan kapasitas 3.110, pada akhir ]983 meningkat menjadi 27 dengan kapasitas 12.220. Pada akhir 1976, pulsa pembicaraan telepon otomat lokal dan sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) tercatat 1.137.971.712. Hingga akhir tahun lalu, angka itu melonjak menjadi 5.362.843.148. Percakapan telepon internasional pada 1967 mencapai 4.531.089 menit, tujuh tahun kemudian naik menjadi 51.713.071 menit. Percakapan teleks dalam negeri pada 1976 mencatat 23.321.871 pulsa. Akhir tahun lalu angka itu berubah menjadi 365.623.550 pulsa. Percakapan teleks luar negeri selama periode yang sama meningkat dari 3.379.475 menit menjadi 23.014.169 menit. Ketika Palapa A-I diluncurkan, ruas bumi yang mendukungnya baru terdiri dari 39 staiun bumi. Kini, tercatat 46 stasiun bumi yang sudah beroperasi, 4 yang sedang dibangun, dan 82 yang bakal dipersiapkan. Bahkan teknologi pembuatan stasiun bumi, kecuali bahan bakunya, sudah dikuasai. Elnusa, PT Radio Irequency Communication Lembaga Elektronika Nasional, dan PT Inti merupakan perusahaan-perusahaan nasional yang mampu memproduksikan stasiun bumi. Beberapa stasiun bumi buatan perusahaan nasional sudah dibeli negara-negara ASEAN penyewa transponder Palapa. Setelah kegagalan Palapa B-2, masalah kendaraan peluncur mendadak hangat dibicarakan. Pada tahun 1970-an, ada tiga kendaraan peluncur komersial buatan AS: Atlas-Centaur, Titan, dan Delta - yang dipilih mengantarkan Palapa A-I ke orbitnya. Tetapi, dekat akhir 1982, teknologi peroketan memperkenalkan sistem transportasi angkasa (space transportation system/STS) dengan menggunakan pesawat ulang-alik. Pada sistem roket, kendaraan peluncur hanya bisa digunakan sekali, kemudian jatuh ke laut sebagai barang tak berguna. Biayanya menjadi mahal, apalagi bila diingat bahwa dalam waktu tujuh tahun mendatang sekitar 250 muatan sudah terdaftar untuk diantarkan ke ruang angkasa. Tambahan pula, dava muat roket sangat terbatas. Thor Delta 2914, misalnya, yang mengantarkan Palapa A-I ke orbitnya, hanya mampu membawa beban 724 kg. Padahal, Palapa B-2 sudah seberat 1.194 kg. Dari segi lain, keunggulan STS terletak pada kemampuallnya membawa lebih dari satu satelit, dan bisa digunakan berulang kali. Kecelakaan yang menimpa Palapa B-2 memang bukan yang pertama kali dalam peluncuran satelit komunikasi. Meski catatan yang lengkap sulit diperoleh, paling tidak empat tahun lalu sebuah satelit Satcom-3 milik Radio Corporation of America (RCA), AS, langsung lenyap begitu diluncurkan ke antariksa. Dua tahun kemudian, musibah yang sama menimpa ESC 2, satelit komunikasi Jepang. Satcom-3, yang menggunakan peluncuran Delta dan dilepas pada ketinggian 35.420 km, baru pada 192 ditemukan kepingan-kepingannya pada layar radar. RCA mendapat santunan USS 77 juta dari pihak asuransi. Secara tepat, letak kegagalan sistem PAM pada Palapa B-2 memang belum disimpulkan. Tapi, McDonnel Douglas Astronautis Company (MDAC) terpaksa menimbang kembali sistem ciptaannya ini. Padahal, mereka sudah siap meluncurkan 65 PAM lagi, termasuk 28 buah untuk mengantarkan Navstar, sistem perambuan ruang angkasa milik angkatan udara AS (TEMPO, 4 Februari). Kini, di pabrik MDAC, sebuah tim penyelidik sedang memeriksa tiga ekor roket yang dibuat dan dirakit pada waktu yang bersamaan dengan Westar-6 dan Palapa B 2 yang mengalami naas. Toh, menurut Randy Stone, salah seorang direktur penerbangan pesawat ulang-alik NASA, "kegagalan pengorbitan kedua satelit itu tidak akan mengubah program." Apalagi program mereparasi satelit rusak, yang direncanakan dimulai April nanti. Pada saat itu, menurut harapan dan perkiraan, satelit yang mogok bakal ditukangi oleh para montir yang keluar dari pesawatnya dan berkeliaran di antariksa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus