Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Peneliti University of Oklahoma, Amerika Serikat, menemukan bukti marmer Prasasti Nazaret bukan berasal dari Timur Tengah, melainkan dari Pulau Kos di Yunani.
Prasasti Nazaret selama ini diyakini banyak sarjana Alkitab sebagai artefak fisik dari masa Kristen awal.
Prasasti Nazaret yang berisi perintah Kaisar Romawi untuk melindungi makam dan kuburan itu dipercaya sebagai reaksi atas berita hilangnya jasad Yesus dari makamnya dan kabar kebangkitannya.
SEJAK kuliah pascasarjana, Kyle Harper memendam rasa penasaran terhadap bahasa Yunani yang terukir pada Prasasti Nazaret. Sejarawan University of Oklahoma, Amerika Serikat, itu merujuk pada pendapat para ahli epigrafi bahwa prasasti berbahasa Yunani jarang ditemukan di luar Yunani dan Turki. Demi membuktikan asal marmer bertulis itu dari Nazaret, Israel, Harper mengkajinya bersama ahli geokimia. “Ini pertama kalinya analisis isotop stabil dipakai untuk menentukan asal prasasti,” kata Harper kepada Livescience, 17 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Analisis isotop stabil, Harper menjelaskan, sudah lazim dipakai untuk menguji asal-usul batuan pada elemen arsitektur besar, seperti sarkofagus dan patung marmer. Isotop stabil adalah isotop kimia yang tidak bersifat radioaktif. Isotop—bentuk dari unsur kimia yang memiliki nomor atom sama tapi jumlah proton dan neutron dalam nukleusnya berbeda—dispesifikasikan dengan nama unsur dan jumlah nukleon (proton plus neutron) yang dipisahkan dengan tanda minus, misalnya oksigen-18 atau 18O.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prasasti atau Inskripsi Nazaret pertama kali dipublikasikan oleh Franz Cumont, ahli arkeologi dan sejarawan Belgia, pada 1930 yang mengaitkannya dengan hilangnya jasad Yesus dari makam. Cumont mungkin sangat terpengaruh oleh catatan kecil dan satu-satunya yang ditinggalkan bekas kurator Museum Louvre, Paris, Prancis, Wilhelm Froehner, mengenai artefak tersebut. Catatan itu berbunyi: “Dikirim dari Nazaret pada 1878.” Froehner mengakuisisi artefak itu pada 1878 dan menyimpannya dalam koleksi pribadi hingga meninggal pada 1925.
Prasasti Nazaret./ medaillesetantiques.bnf.fr
Menurut John Bodel, sejarawan dan ahli epigrafi dari Brown University, Rhode Island, Amerika Serikat, seperti dikutip Science, “Banyak sarjana Alkitab yang menganggap Prasasti Nazaret sebagai artefak fisik tertua terkait dengan agama Kristen.” Para sarjana Alkitab itu, ucap Bodel, meyakini marmer bertulis itu merupakan reaksi Kaisar Romawi terhadap berita hilangnya tubuh Yesus dari kuburnya dan klaim kebangkitannya. Dasarnya adalah isi prasasti itu yang intinya menerangkan hukuman mati bagi siapa saja yang merusak kuburan atau memindahkan orang yang dikubur di situ.
Prasasti Nazaret berwujud marmer bertulis dengan tinggi 60 sentimeter, lebar 15 sentimeter, dan tebal 5 sentimeter. Terdapat 22 baris teks dalam bahasa Yunani yang dimulai dengan frasa “Dekrit Kaisar”. Prasasti itu tidak menyebutkan nama orang ataupun tempat tertentu. Berdasarkan gaya huruf yang terpahat, juga merujuk pada muatannya, para peneliti memperkirakan peringatan itu dibuat pada suatu waktu antara abad pertama sebelum Masehi dan abad kedua Masehi.
Temuan Harper dan tim mengenai lokasi tambang marmer yang dijadikan Prasasti Nazaret itu mungkin bakal menggoyahkan keyakinan banyak orang. Dalam penelitian, Harper mendapat izin dari Bibliothèque Nationale de France, yang menyimpan Prasasti Nazaret, untuk mengambil 1 miligram sampel marmer dari bagian belakang artefak. Sampel batuan itu digiling menjadi bubuk, lalu ditembak dengan laser agar melepaskan gas. Dengan mengukur rasio isotop karbon-13 dan oksigen-18, peneliti menangkap sidik jari kimiawi yang unik dari marmer.
Harper dan tim menemukan komposisi kimia batuan itu tidak lazim, yang ditandai dengan kadar tinggi isotop karbon-13 dan konsentrasi isotop oksigen-18 yang rendah. Keunikan inilah yang memudahkan Harper dan tim membandingkannya dengan karakteristik batuan marmer di pertambangan di seluruh Mediterania yang diteliti sebelumnya.
Sidik jari kimia itu sangat cocok dengan marmer putih dari tambang kecil di Pulau Kos, Yunani, di lepas pantai Turki. Harper melaporkan temuan ini ke Journal of Archaeological Science edisi 1 Februari 2020. “Informasi ini menuntaskan perdebatan hampir seabad di antara para sejarawan purbakala tentang arti prasasti itu yang sampai sekarang banyak dikaitkan dengan reaksi Romawi terhadap laporan Kristen awal tentang makam Yesus yang kosong,” tulis Harper.
“Informasi ini menuntaskan perdebatan hampir seabad di antara para sejarawan purbakala tentang arti prasasti itu yang sampai sekarang banyak dikaitkan dengan reaksi Romawi terhadap laporan Kristen awal tentang makam Yesus yang kosong.”
Lalu, jika bukan untuk melindungi makam Yesus, bagi siapa peringatan itu dibuat? Menurut Harper, prasasti itu dibuat pada abad pertama sebelum Masehi bagi penguasa Kos yang dikenal sebagai Nikias Sang Tiran. Ia merujuk pada sebuah puisi Yunani kuno yang menceritakan bahwa beberapa saat setelah kematian Nikias pada sekitar tahun 20 sebelum Masehi, penduduk yang marah membuka paksa makamnya dan menyeret mayatnya.
Kemudian, Harper melanjutkan, Kaisar Agustus—kaisar pertama Romawi yang mengenal Nikias—mungkin memerintahkan pembuatan prasasti itu untuk menegakkan kembali hukum dan ketertiban di wilayah tersebut. “Argumentasi kami tentang Nikias tidak 100 persen pasti, tapi itulah penjelasan terbaik yang kami miliki,” ujar Harper. Ia dan timnya berencana menggunakan analisis isotop stabil pada artefak marmer Romawi dan Yunani lain.
Christopher Jones, sejarawan klasik Harvard University, Amerika Serikat, mempertanyakan argumentasi Harper tersebut. Menurut dia, saat berkuasa, Nikias adalah pendukung Jenderal Markus Antonius—salah seorang musuh politik Oktavianus yang kemudian bergelar Kaisar Agustus. “Mengapa Kaisar Agustus peduli terhadap penyerangan makam orang yang mendukung musuh politiknya?” ucap Jones, yang tak terlibat dalam penelitian Harper itu.
John Bodel, yang juga tak terlibat dalam penelitian Harper, menganggap Kaisar Agustus punya alasan mengeluarkan dekrit tersebut. Ketimbang menyerukan perlindungan hanya terhadap makam Nikias, Agustus memilih menerbitkan peringatan kepada penyerang makam penguasa secara umum yang memang menjadi fenomena jamak di Timur Tengah dan Asia Kecil kala itu. “Penyerangan makam Nikias mungkin spektakuler, tapi itu bukan suatu keanehan,” tutur Bodel.
Bagi ahli arkeologi Robert Tykot dari University of South Florida di Tampa, Amerika Serikat, masih dibutuhkan kajian lebih lanjut terhadap Prasasti Nazaret ini. “Tanpa waktu yang pasti kapan Prasasti Nazaret itu dipahat, akan selalu ada kemungkinan obyek tersebut dibuat pada 1800 oleh orang yang punya akses atas marmer Kos dan memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Yunani yang baik,” ucap Tykot. Ia menekankan, sebuah artefak palsu dari masa awal Kristen yang dibuat dengan mahir sangat menarik minat kolektor benda antik di masa itu.
DODY HIDAYAT (SCIENCE, LIVESCIENCE, SCIENCE NEWS, SMITHSONIAN MAGAZINE, SCIENCE DIRECT)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo