Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENAMPILANNYA mengesankan gadis umur 16-an tahun. Tubuhnya mungil, tinggi 152 cm, dengan lingkar dada-pinggang-pinggul (DPP) masing-masing 80, 56, dan 80 cm. Namanya pun cukup manis: Sachiko, yang berarti "bocah bahagia". Konon, ukuran tubuhnya merupakan "duplikat" dari seorang bintang layar perak di Jepang. Belakangan, nama Sachiko kian populer. Bisik-bisik mengatakan bahwa si dara berkulit langsat itu, "pandai membahagiakan kaum pria". Peminatnya pun kini antre, dari segala usia. "Mulai anak muda umur 20-an hingga kakek-kakek umur 70-an tahun," ujar Kanehiro Shimazu, 43 tahun, "bapak asuh" Sachiko. Agaknya seorang pria jompo pun tak akan mengalami kesulitan untuk menimang-nimang Sachiko ini. Tubuh dara ini memang sangat ringan, hanya 3 kilogram. Dia tak pernah menolak diajak kencan oleh laki-laki mana pun. Pasalnya, Sachiko hanyalah sebuah boneka. Bahwa boneka buatan Harumi Design Co. Ltd. -- sebuah perusahaan kecil di Kota Kawasaki, dekat Tokyo, Jepang -- kini ramai diperbincangkan, agaknya tak lepas dari fungsinya sebagai penghibur kaum Adam. Istilah kasarnya, Sachiko itu memang boneka seks, untuk melayani hasrat syahwati kaum pria. Untuk penghalusan istilah, orang sering menyebutnya sebagai Dutch wife alias guling. Sachiko punya kulit halus dari campuran plastik dan lateks. Tubuhnya dibangun dari spons, terbuat dari bahan resin silikon, empuk, tapi sangat plastis. Jadi, betapapun tubuhnya dipencet, spons itu tak akan menciut. Pasalnya, "Koefisien penciutannya sangat kecil, nyaris nol," ujar Kanehiro Shimazu, Direktur Harumi Design. Instrumen pokok pada Sachiko ada di bagian bawah pusar, maaf, tepatnya pada posisi aurat wanita. "Fasilitas" itu, berdasarkan hasil kompromi antara produsen dan para pemakainya, disebut love hole, berupa sebuah lorong silinder sepanjang 13 cm, dengan garis tengah 32 mm. Konon, itu merupakan angka standar "pedang Jepang". Lorong ini terbuat dari karet silikon, berwarna merah muda, kenyal. Dalam bedah plastik, karet silikon sering dipakai untuk mengganjal atau memperbaiki bentuk payudara. Soal bagaimana love hole itu efektif mendatangkan kenikmatan, memang itu tergantung "penghayatan" masing-masing pemakainya. Lorong karet itu terpasang secara tidak permanen. Bila dianggap kotor, misalnya, sewaktu-waktu bisa dilepas untuk dicuci. Atau kalau ukurannya dianggap tak memadai lagi, menjadi terlalu besar, misalnya, bisa diganti dengan yang baru. Harga "lorong karet" itu sekitar Rp 70 ribu per unitnya. Hanya saja, diakui Shizamu, mutu produknya memang tak sebagus "barang" asli. Tak ada sistem pelumas otomatis pada Sachiko, sehingga pemakai harus menorehkan bahan pelicin pada dinding love hole. Tapi Shizamu menjamin bahwa bahan karet silikon pada love hole, lateks untuk kulit dan spons resin silika, tak akan mendatangkan akibat buruk bagi pemakainya, gatal-gatal akibat alergi, misalnya. Selama tiga tahun, Harumi Design Co. telah memproduksi 3.000 unit Sachiko. Belakangan, permintaan meningkat sehingga kelima karyawan Harumi harus bekerja pontang-panting. Shizamu menduga bahwa lonjakan permintaan itu berhubungan dengan kian membesarnya ancaman penyakit AIDS. Maka, "Para pria memilih memanfaatkan Dutch wife yang aman ketimbang WTS," tuturnya. Kadang-kadang Shizamu heran melihat perangai para pembelinya. Pernah ada pasangan suami-istri yang datang ke showroom Harumi, dan sang istri memilih satu Sachiko untuk suaminya. Boleh jadi, sang istri lebih senang suaminya mendapatkan selingan di rumah, daripada harus jajan di luar. Yang aneh, pernah pula dua orang biksu Budha datang membeli Sachiko. "Mereka 'kan laki-laki juga," ujarnya. Harumi tak sendirian dalam memproduksi boneka seks. Kini setidaknya ada 10 perusahaan yang memproduksi komoditi sejenis. Orient Kogyo Co. Ltd., yang bermarkas di kawasan Ueno, Tokyo, adalah salah satunya yang ternama. Perusahaan ini memproduksi dua jenis anak dara: Omokage, yang berarti "paras muka", dan Kagemi, yang punya makna "bayangan tubuh". Sejak berproduksi beberapa tahun lalu, Orient Kogyo telah memasarkan 4.000 unit boneka seksnya. Jenis Omokage yang lebih "sintal" dari Sachiko, tinggi 158 cm dengan dada-pinggang-pinggul 88, 60, dan 89 cm, ditawarkan dengan harga sekitar Rp 2,1 juta. Sedangkan Kagemi, yang sedikit lebih langsing, tinggi 153 cm dengan DPP 85, 58, dan 86 cm dijual seharga Rp 2,6 juta. Ternyata banyak yag naksir Omokage dan Kagemi. Tapi Orient Kogyo hanya menjual 20-25 unit seharinya, lantaran kesanggupan produksinya cuma sebegitu. "Yang telah antre ratusan jumlahnya," ujar Soichi Ryuki, petugas humas perusahaan itu. Seperti halnya Sachiko, Orient Kogyo itu juga menggunakan spons sebagai pengisi tubuh bonekanya. Rangkanya terbuat dari pipa plastik. Agar sanggup memberikan sentuhan alami, lateks mirip karet kondom, digunakan sebagai kulit luarnya. Jika dipeluk erat selama 7-8 menit, kata Ryuki, suhu tubuh bonekanya bisa meningkat. "Setinggi suhu manusia normal," tuturnya. Yang istimewa pada produk Orient Kogyo adalah bentuk love hole-nya, yang terbuat dari resin silika merah muda. Pada dinding love hole itu ada benjolan kecil setengah bola, untuk penambah rasa, dan bisa mekar sampai 300%. Seperti halnya Sachiko, instrumen pokok pada Omokage dan Kagemi bisa dibongkar-pasang. Orient Kogyo maupun Harumi tampaknya yakin boneka seks itu bakal jadi komoditi penting. Mereka kini giat melakukan perbaikan mutu. Mikroprosesor, misalnya, akan dipasang untuk mengontrol "pelumasan" pada love hole, dengan aliran lotion. Ada pula rencana untuk membuat dinding love hole bisa memijat-mijat bahkan menjadikan boneka itu bisa mendesah. Menurut Ryuki, para pembeli boneka ber-love hole ini tak semata-mata bertujuan memperoleh kemudahan atau variasi kontak seksual. Banyaknya wanita yang berhasil dalam kariernya, seperti di Jepang, rupanya menimbulkan krisis rasa percaya diri pada sebagian pria yang merasa kalah. "Lantas mereka mencari kepuasan dari boneka seks," ujar Ryuki. Putut Tri Husodo dan Seiichi Okawa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo