Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bioplastik Pati Singkong

Peneliti LIPI mengolah tepung singkong menjadi material bioplastik, yang lebih mudah terurai di alam. Dirancang bisa menjadi kemasan makanan yang bisa disantap.

20 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Limbah kantong plastik konvensional yang terbuat dari olahan minyak bumi menjadi masalah lingkungan karena terus menumpuk dan sulit terdegradasi. Para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan material biodegradable plastic atau bioplastik berbahan pati atau tepung singkong.

Adalah tim dari Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI di Bandung yang sejak 2016 meneliti singkong sebagai bahan bioplastik. Mereka mencari solusi pengganti kantong plastik konvensional yang limbahnya bisa terurai di alam. “Bahannya 75 persen dari singkong,” kata peneliti Akbar Hanif Dawam Abdullah, Senin, 25 Maret lalu.

Adapun sisa bahan yang digunakan untuk membuat bioplastik itu adalah plasticizer alias glicerol. Bahan ini berfungsi mengenyalkan pati singkong yang diolah dengan campuran air.

Proses Bioplastik Pati Singkong/ilustrasi: djunaedi

Menurut Dawam, hasil riset ini bisa menjadi pengganti bahan plastik yang digunakan masyarakat sehari-hari. Kebijakan pembatasan pemakaian kantong plastik dirilis di sejumlah daerah, antara lain di Kota Bogor, Jawa Barat; Balikpapan; dan Provinsi Bali. Para peneliti berharap sampah plastik bisa lenyap di masa depan. “Sampah plastik dari bahan baku minyak bumi membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai,” ujar Dawam.

Inovasi bioplastik menjadi bagian dari teknologi hijau yang ramah lingkungan. Dalam pengembangannya, ada produsen yang memadukan plastik dengan bahan alami, seperti singkong dan jagung. Ketika bioplastik menjadi limbah, mikroba di tanah akan melahapnya.

Ada pula yang menambahkan senyawa khusus untuk memutus rantai polimer sehingga plastik lebih cepat hancur. Menurut Dawam, hal itu justru menyisakan masalah besar karena akan muncul mikroplastik yang berbahaya. “Mikroba tidak bisa memotong rantai polimer di plastik,” ucapnya.

Mikroplastik merupakan fragmen atau serpihan plastik berdiameter kurang dari 5 milimeter. Dengan ukuran yang sangat kecil, mikroplastik sangat mudah terserap ke tanah, masuk ke aliran air sungai hingga ke laut. Dengan wujud mirip plankton, mikroplastik juga kerap dimakan sejumlah makhluk laut.

Bioplastik dari singkong ini direncanakan dibuat sebagai material kantong. Selain itu, kata Dawam, bioplastik akan diolah menjadi kemasan makanan yang bisa melebur untuk disantap.

Menurut Dawam, pati singkong memiliki struktur yang mirip dengan polimer plastik. Bahan bakunya pun berlimpah karena Indonesia merupakan penghasil singkong terbanyak ketiga di dunia setelah Thailand dan Nigeria. Jumlah produksi singkong Indonesia pada 2016 mencapai 26 juta ton. “Sentra utama di Lampung dan Pati, Jawa Tengah,” ujarnya.

Harga tepung singkong curah di pabrik berkisar Rp 10 ribu per kilogram. Jika dikirim dalam bentuk paket, harganya mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Namun harga tepung singkong anjlok ketika masa panen raya. “Sampai ditaruh di jalan, silakan ambil,” kata Dawam.

Meski bahan bakunya murah, harga bioplastik singkong ini diperkirakan masih tergolong mahal. Harganya bisa empat kali lipat kantong kresek biasa. Hal ini lantaran kondisi pengembangan teknologi dan produksi bioplastik yang tersendat sehingga biayanya lebih besar.

Tantangan lain dalam pengembangan bioplastik adalah sifat ringkih material utamanya. Pati singkong harus dilindungi dari air dan udara dengan kelembapan tinggi. Para peneliti LIPI tengah mempelajari bahan tambahan untuk membuat bioplastik lebih tahan air dan kuat. “Kalau terkena air, bioplastik bisa langsung larut,” ujarnya.

64 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia.
3,2 juta ton di antaranya mencemari laut.
85 ribu ton atau setara dengan 10 miliar lembar kantong plastik terbuang setiap tahun

 

SUMBER: LIPI, ASOSIASI INDUSTRI PLASTIK INDONESIA, BADAN PUSAT STATISTIK 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus