Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika alias BMKG mengeluarkan peringatan kepada warga terkait potensi banjir rob yang diprediksi bakal terjadi pada 1 sampai 15 Januari 2023 di beberapa wilayah pesisir Indonesia. Peringatan ini menyusul fenomena bulan purnama 6 Januari 2023 yang membuat ketinggian pasang air laut meningkat.
Baca : Apa Saja Langkah Ganjar Pranowo Mengatasi Banjir Semarang dan Jawa Tengah Utara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menghimbau masyarakat untuk selalu siaga dan waspada guna mengantisipasi dampak pasang maksimum air laut. “Potensi banjir pesisir atau rob ini berbeda waktu pada hari dan jam di tiap wilayah,” ujar Eko sebagaimana diberitakan Tempo, Selasa, 3 Januari 2023.
Apa Itu Banjir Rob?
Menurut Eko, secara umum banjir rob berdampak pada kegiatan masyarakat yang tinggal di sekitar pelabuhan dan pesisir. Mulai dari kegiatan bongkar muat pelabuhan, aktivitas tambak garam dan perikanan darat, hingga kegiatan di pemukiman pesisir lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih lanjut, dampak akibat banjir rob juga meliputi berbagai aspek kehidupan. Misalnya, mengubah fisik lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan kerugian ekonomi.
Suasana jalan yang terendam limpasan air laut ke daratan atau rob di Pelabuhan Muara Baru Jakarta, Rabu 28 Desember 2022. BMKG memprediksi pesisir di 21 daerah Indonesia terancam banjir rob hingga awal Januari 2023 akibat peningkatan ketinggian pasang air laut. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Dikutip dari Kanal Kebencanaan Geografi Universitas Gadjah Mada, banjir rob atau banjir pasang surut air laut didefinisikan sebagai pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi gaya tarik benda-benda angkasa. Terutama, oleh bulan dan matahari terhadap massa air laut di permukaan bumi.
Penyebab terjadinya banjir rob, yakni akibat adanya kenaikan muka air laut karena pasang surut air laut. Pun banjir rob juga disebabkan oleh faktor-faktor tenaga eksternal. Sebagai contoh, dorongan air, angin, swell, badai di laut, serta pencairan es kutub yang dipicu pemanasan global.
Selain faktor gaya tarik benda-benda angkasa, aktivitas manusia juga bisa memicu terjadinya banjir rob. Pemompaan air tanah yang berlebihan, pengerukan alur pelayaran, dan reklamasi pantai merupakan bentuk aktivitas manusia yang memicu terjadinya banjir rob.
Upaya Penanggulangan Banjir Rob
Slamet Miftakhudin dalam penelitiannya berjudul Strategi Penanganan Banjir Rob Kota Pekalongan beberapa upaya untuk menanggulangi potensi banjir rob terjadi. Mengacu pada Kota Pekalongan, upaya penanganan banjir rob secara terintegrasi dilakukan melalui cara-cara berikut:
- Peningkatan kerja sama dengan instansi pemerintah baik pusat maupun provinsi dan kabupaten tetangga serta pihak lain dalam rangka penanganan banjir rob.
- Sosialisasi kepada masyarakat terkait regulasi serta masterplan drainase untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
- Kerja sama peningkatan SDM dengan pihak akademisi dan Pemerintah Belanda yang lebih maju dalam penanganan banjir rob.
- Pelibatan masyarakat yang lebih luas termasuk swasta untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
- Optimalisasi sistem drainase. Ini menjadi salah satu faktor penting yang dominan perannya dalam mengatasi permasalahan banjir rob.
HARIS SETYAWAN
Baca juga : Makam Terapung Syekh Mudzakir di Demak Siapakah Ulama Itu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.