Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengantisipasi bencana susulan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tujuannya, mengurangi intensitas hujan di wilayah yang telah terdampak bencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami berupaya untuk meminimalisir atau mengurangi jumlah debit hujan yang turun di wilayah Sukabumi dengan operasi modifikasi cuaca," kata Kepala BNPB, Suharyanto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 6 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Modifikasi cuaca ini diharapkan bisa mengurangi intensitas hujan yang turun. Dengan begitu, membantu upaya evakuasi maupun pencarian korban yang masih hilang. Berdasarkan data sementara BNPB pada Jumat, jumlah korban tewas yang telah ditemukan sebanyak lima orang.
Dari lima itu, empat di antaranya berasal dari Kecamatan Simpenan dan satu berasal dari Kecamatan Ciemas. Selain itu masih terdapat korban hilang sebanyak tujuh orang.
Suharyanto memerintahkan seluruh tim SAR (Search and Rescue) gabungan untuk lebih mengoptimalkan operasi pencarian. "Apabila diperlukan menggunakan alat berat, dipersilahkan," katanya.
Dia mengingatkan, operasi pencarian memiliki golden time selama tujuh hari. Jika dalam waktu tersebut belum ditemukan, Suharyanto meminta pemerintah daerah setempat bersama tim SAR gabungan untuk segera menemui para ahli waris.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia, sebelah barat daya Banten. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut dampak berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jabodetabek.
Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, memprediksi 91S bakal terus membesar sehingga sebagian besar area di selatan Indonesia, mulai dari Banten hingga Kupang (NTT), akan merasakan dampak hujan persisten. "Tak hanya pesisir selatan tapi juga pesisir, utara, tengah, dan pegunungan," kata profesor riset bidang klimatologi itu menambahkan.