Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara, khususnya Timor Leste, saat ini dihadapi masalah meningkatnya populasi buaya air asin. Jumlahnya yang terus bertambah membuat reptil bertubuh besar yang hidup di air ini menjadi ancaman serius bagi manusia. Bahkan, sejak 2007, angka serangan buaya terhadap manusia meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang peneliti dari University of Freiburg, Jerman, Sebastian Brackhane, tertarik untuk menganalisis ihwal serangan buaya tersebut. Ia ingin melihat keterkaitan serangan dengan peningkatan populasi buaya muara di Timor Leste. Hasil studinya ini dipublikasikan dalam Journal of Wildlife Management, pada akhir Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buaya muara atau biasa juga disebut buaya air asin adalah spesies buaya terbesar. Buaya dewasanya bisa tumbuh hingga sepanjang 12 meter dengan bobot mencapai lebih dari 1.000 kilogram. Buaya ini berasal dari Asia Tenggara dan utara Australia.
Berbeda dengan spesies buaya lainnya yang dapat bertahan hidup di air tawar maupun air asin, buaya muara lebih banyak menghabiskan hidup di air asin. Karena itu, mereka dapat menempuh perjalanan jarak jauh melalui laut.
Buaya air asin memiliki naluri teritorial yang kuat dan sangat agresif. Mereka menyerang apa saja yang bergerak di air atau di dekat pantai, termasuk manusia.
Populasi buaya air asin sempat menurun drastis pada 1960-an lantaran diburu besar-besaran untuk diambil kulitnya. Akibat terancam punah, pada era 1970-an buaya muara dinyatakan sebagai spesies yang dilindungi di wilayah utara Australia, terletak sekitar 450 kilometer di selatan Timor Leste.
Upaya konservasi tersebut ternyata sukses. Namun, sayangnya, pertumbuhan populasi buaya muara ini disertai dengan peningkatan serangan terhadap manusia. Seperti di banyak negara Asia Tenggara, tak ada data komprehensif tentang jumlah serangan tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran seberapa sering serangan tersebut, Brackhane mewawancarai nelayan lokal tentang insiden yang melibatkan buaya. Hasilnya cukup mengejutkan. Sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia pada 2002, terjadi sekitar 130 serangan, 52 persennya berakibat fatal.
"Memiliki karakteristik pulau vulkanik, sebenarnya Timor Leste kurang cocok untuk berkembang biaknya buaya muara. Apalagi populasinya yang sangat besar. Jadi, kami bertanya-tanya dari mana semua buaya di Timor Leste ini berasal," kata Brackhane.
Beberapa pekerja di pangkalan minyak di laut lepas antara Timor Leste dan Northern Territory, Australia, menyatakan sering melihat buaya muara di sekitar peron. Karena itu, para peneliti menduga buaya-buaya tersebut bermigrasi dari Australia ke Timor Leste.
"Kami percaya bahwa habitat mereka di utara Australia telah mencapai daya dukung maksimum. Akibatnya, buaya air asin dewasa menyeberangi laut menuju Timor Leste untuk menemukan habitat baru," ujar dia.
Meski begitu, asal-usul buaya muara di Timor Leste masih harus dikonfirmasi dengan analisis DNA. Brackhane mengatakan banyak negara di Asia Tenggara memiliki masalah dengan buaya air asin karena populasi mereka yang terus bertambah sebagai dampak suksesnya program konservasi.
Di Timor Leste, buaya sangat dilindungi. Sebab, penduduk di sana percaya pulau itu diciptakan dari buaya sehingga berburu "kakek buaya" sangat dilarang. SCIENCE DAILY | EUREKALERT | AFRILIA SURYANIS
Musuh Manusia
Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar di dunia. Penamaan buaya ini terkait dengan habitatnya di sungai-sungai dan di dekat laut (muara).
Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama saltwater crocodile, Indo-Australian crocodile, dan man-eater crocodile.
Nama terakhir, man-eater crocodile atau buaya pemangsa manusia, disematkan lantaran buaya ini terkenal pernah dan sering memangsa manusia yang memasuki wilayahnya.
Buaya ini tersebar di seluruh perairan dataran rendah dan perairan pantai di daerah tropis Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia (Indo-Australia).
Panjang
Biasanya berkisar 4,3-5,2 meter. Buaya dewasa bisa mencapai 12 meter, seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.
Berat
Bobotnya bisa mencapai 400-1.000 kilogram.
Moncong
Moncongnya cukup lebar dan tidak punya sisik pada tengkuknya. Buaya muara dikenal sebagai buaya yang jauh lebih besar daripada buaya nil (Crocodylus niloticus) dan alligator Amerika (Alligator mississipiensis).
Aktivitas
Buaya air asin aktif pada siang dan malam hari.
Makanan
Buaya muara memangsa apa pun yang memasuki wilayahnya. Makanannya antara lain ikan, hewan amfibi, reptilia, burung, dan mamalia, termasuk mamalia besar.
Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan, bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya.
Berbahaya bagi manusia
Buaya muara sangat berbahaya bagi manusia. Mereka adalah buaya pemangsa manusia sejati. Seperti halnya buaya nil, buaya ini sering menyerang manusia yang memasuki wilayahnya. Di Australia, tercatat terdapat dua serangan buaya terhadap manusia setiap tahunnya.
Buaya Air Asin
Nama ilmiah: Crocodylus porosus.
Panjang: 4,3-5,2 meter.
Berat: 400-100 kilogram.
Penyebaran: Dari India ke utara Australia.
Predator: Buaya lainnya, manusia.
Diet: Kura-kura, burung, ikan, ular, mamalia.
Habitat: Pesisir dan Rawa-rawa.
Populasi: 200-300 ribu.
Perjalanan: Mampu bepergian hingga 560 kilometer mengarungi lautan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo