Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Deforestasi Ancam Keberadaan Primata

Luas habitat primata terus menyempit sejak 2001.

28 Juni 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penebangan hutan tropis secara besar-besaran antara 2001 dan 2015 telah mengakibatkan semakin menyempitnya habitat asli primata di dunia. Diperkirakan dalam kurun waktu tersebut sekitar 160 juta hektare hutan tropis hilang akibat konversi lahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gambaran rinci kondisi tersebut tertuang dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal PeerJ-Journal of Life and Environmental Sciences, pekan lalu. Studi tersebut menemukan fakta bahwa aktivitas manusia menyebabkan primata dunia dalam risiko kepunahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembukaan lahan untuk pertanian dan industri ekstraktif, seperti tambang dan infrastruktur yang mendukung kegiatan ini, menyebabkan luas lahan tropis berkurang. Dampaknya, jumlah primata di alam liar semakin sedikit.

Konsumsi pangan dan kebutuhan sumber daya alam yang meningkat, bersama ekonomi yang makin mengglobal, menciptakan pasar yang berkembang untuk produk pertanian. Hutan pun dikonversi menjadi ladang pertanian, padang rumput ternak, tambang untuk mengekstraksi mineral dan logam, eksplorasi bahan bakar fosil, dan urbanisasi.

Namun, yang mengkhawatirkan, sekitar 60 persen spesies primata terancam punah. Sejauh ini, 75 persen dari jumlah populasi global menurun. Para peneliti dari University of Illinois, Amerika Serikat, menemukan permintaan pasar yang tumbuh untuk komoditas pangan dan non-pangan dari negara-negara maju adalah pendorong terbesar hilangnya habitat primata dengan cepat.

Meningkatnya permintaan barang konsumsi ini menghasilkan deforestasi, degradasi habitat, serta konflik spasial antara manusia dan primata. Pertumbuhan tersebut juga tecermin dari meluasnya area deforestasi yang didorong oleh permintaan komoditas tersebut.

Permintaan komoditas pangan secara global diperkirakan menjadi lebih dari dua kali lipat pada 2050, dari 85 miliar ton pada tahun ini menjadi 186 miliar ton. Proyeksi tersebut dikhawatirkan akan memicu tren penurunan dan kepunahan populasi primata akibat hilangnya habitat mereka.

Untuk menghindari kepunahan primata, para peneliti menyarankan agar penggunaan minyak sawit dan konsumsi daging dikurangi. Mereka juga merekomendasikan pembentukan dana perbaikan lingkungan internasional untuk mengurangi dampak negatif perdagangan komoditas berbasis hutan.

Selain itu, memberikan tanggung jawab atas kerusakan lingkungan kepada perusahaan internasional yang mengendalikan produksi, ekspor, dan rantai pasokan makanan. "Permintaan konsumen global yang terus meningkat akan komoditas pangan dan non-pangan di daerah habitat primata membuat populasi mereka terancam punah," kata para penulis, Alejandro Estrada, Paul A. Garber, dan Abhishek Chaudhary, dalam makalah mereka.

Menurut mereka, permintaan yang meningkat ini telah mengakibatkan percepatan ekspansi pertanian global dan industri ekstraktif. "Pertumbuhan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ini mengarah pada hilangnya dan degradasi habitat primata secara luas."

Primata dan habitatnya adalah komponen vital dari warisan alam dan budaya dunia serta menjadi kerabat biologis terdekat manusia. "Primata bukan manusia. Namun mereka juga pantas mendapat perhatian dan dukungan penuh kita untuk kelangsungan hidup mereka," ujar para penulis.SCIENCE DAILY | DAILY MAIL | PHYS | AFRILIA SURYANIS


Mereka Kehilangan Hutannya

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus