Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
We've waited long for this day to come
For all the midnight lights we've burnt into the morning sun
SUARA serak kasar Todd Park Mohr kala melantunkan lagu Blue Sky itu akan mengiringi perjalanan terakhir pesawat ulang-alik Endeavour mengarungi angkasa, Jumat pekan ini.
I can't wait to see your sweet mysteries
The moon, the stars, the sun, the universe, the galaxies
Sampai Rabu pekan lalu, Blue Sky masih mengumpulkan dukungan terbanyak dalam kontes lagu pengiring misi Endeavour yang diadakan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Lagu milik band rock asal Colorado, Big Head Todd and the Monsters, ini berada di atas lagu tema film Star Trek, Enter Sandman-nya Metallica, Beautiful Day milik U2, dan Here Comes the Sun yang dinyanyikan The Beatles.
Misi ke-24 Endeavour ini akan menandai detik-detik akhir program pesawat ulang-alik NASA yang sudah berumur 30 tahun. Pada 28 Juni nanti, pesawat Atlantis akan mengangkasa dan menjadi penerbangan pesawat ulang-alik terakhir. Selama tiga dekade, pesawat ulang-alik NASA (Columbia, Challenger, Discovery, Atlantis, dan Endeavour) sudah menjalani 133 misi ke ruang angkasa. Misi Challenger dan Columbia berakhir tragis. Pesawat Challenger berkeping-keping hanya dua detik setelah lepas landas, sementara Columbia meledak dalam perjalanan pulang dari misi ke-28. Selanjutnya, ketiga pesawat ulang-alik bekas yang masih tersisa bakal diparkir di sejumlah museum teknologi di Amerika Serikat.
Matinya program ruang angkasa ini disayangkan para veteran NASA. Menurut mantan direktur misi Apollo 13, Christopher C. Kraft Jr., hingga saat ini pesawat ulang-alik masih merupakan pengangkut ruang angkasa terbaik yang pernah dibuat Amerika. "Pesawat ini tidak cuma bisa membawa kita ke bulan," ujar Kraft, 87 tahun, "tapi bahkan mungkin mengantar kita hingga ke Planet Mars. Sungguh sayang, pesawat ini tak akan pernah bisa lagi ke Mars."
"Dosa" paling berat program pesawat ulang-alik sehingga pantas diakhiri sebenarnya hanyalah masalah ongkos. Ketika perekonomian Amerika tak lagi perkasa, beban proyek ambisius nan mahal seperti Endeavour, Atlantis, dan kawan-kawan tak bisa lagi ditanggung pemerintah Presiden Obama.
Satu kali saja menembakkan Endeavour ke langit, mengutip laman NASA, perlu ongkos US$ 450 juta atau sekitar Rp 3,92 triliun. Namun Roger Pielke Jr., peneliti dari University of Colorado, Boulder, menyodorkan perhitungan jauh lebih mahal ketimbang angka NASA. Menurut Pielke, pada periode 1981-2000, ongkos rata-rata pesawat ulang-alik per misi berkisar US$ 1,2 miliar atau Rp 10,4 triliun. Biaya ini menggelembung kala pesawat semakin uzur, menjadi US$ 1,5 miliar atau Rp 13,1 triliun. Total seluruh misi ulang-alik ini, menurut Pielke, telah menyedot anggaran pemerintah di Washington, DC, hingga US$ 196,5 miliar atau Rp 1.710 triliun.
Semula Endeavour direncanakan diluncurkan pada 19 April. Namun jadwal itu berbenturan dengan kedatangan wahana Progress milik Rusia di stasiun ruang angkasa ISS. Logistik yang diangkut Progress tak bisa bertahan lama sehingga penerbangannya tak bisa ditunda. "Saat Anda bekerja dalam kerja sama internasional, itu berarti harus mempertimbangkan pendapat semua mitra," kata Kyle Herring, juru bicara NASA, dua pekan lalu.
Endeavour akan meluncur dari landasan Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida. Pesawat yang sudah berumur 19 tahun ini akan dikomandani Kapten Mark Edward Kelly, dengan satu pilot dan empat awak peneliti. Bagi Mark, penerbangan 14 hari kali ini merupakan misi keempatnya bersama pesawat ulang-alik, tapi barangkali justru yang paling berat.
Mark harus meninggalkan istrinya, Gabrielle Dee Giffords, yang masih berjuang menjalani pemulihan di rumah sakit Houston. Pada awal Januari lalu, Giffords, anggota Kongres Amerika dari Arizona, diberondong peluru oleh Jared Lee Loughner. Satu peluru menembus kepala Giffords. Enam orang di sekitarnya meninggal, tapi Giffords bisa diselamatkan. Mark berharap istrinya bisa datang ke Kennedy Space menyaksikan misi terakhir Endeavour. "Kami masih menunggu izin dokter," ujar Mark.
KALA Endeavour, Discovery, dan nanti Atlantis masuk kandang, NASA tak lagi punya kendaraan pengangkut ke ruang angkasa. Pilihannya, sekarang, mau nebeng pesawat Soyuz milik Rusia atau menumpang program Shenzhou-nya Cina. Terang, biaya sewa pesawat Rusia ataupun Cina jauh lebih murah ketimbang menerbangkan Endeavour atau Atlantis. Tapi, karena pada 1999 pemerintah Amerika memutus perdagangan perangkat ruang angkasa dengan Negeri Panda, pilihannya tinggal Soyuz.
Walaupun NASA akan mengandangkan tiga pesawat ulang-aliknya, bukan berarti program pengiriman manusia menembus langit akan dihentikan. Senin pekan lalu, NASA menunjuk empat perusahaan untuk membangun pesawat pengangkut ke angkasa. KeempatnyaBoeing, SpaceX, Sierra Nevada Corporation, dan Blue Originmendapat dana US$ 269 juta. Bandingkan dengan harga satu pesawat Endeavour sebesar US$ 1,7 miliar. Direktur Program NASA Phillip McAllister berharap pada pertengahan dekade ini pesawat-pesawat itu sudah siap melangit.
Boeing, yang mendapat US$ 92,3 juta, kini masih terus menguji coba kapsul Crew Space Transportation (CST)-100. Kapsul seberat 17 ton ini mampu mengangkut tujuh astronaut. Tak banyak detail yang bisa diungkap dari empat perusahaan tersebut. Blue Origin, yang akan mendapat US$ 20 juta untuk membangun pengangkut New Shepard, pun irit sekali bicara.
"Jika kami begitu terkenal itu berarti terkenal irit bicara," Gary Lai, Manajer Proyek New Shepard, bercanda. "Kenapa kami irit bicara? Tujuannya untuk mengurangi staf bagian pemasaran, ha-ha-ha. Menurut Lai, media dan masyarakat baru akan tahu seperti apa New Shepard ketika kapsul ini benar-benar sudah mengangkasawalaupun sudah puluhan kali diuji coba. Kapsul New Shepard ini akan terbang dan mendarat secara vertikal.
Di antara keempat perusahaan itu, sepertinya SpaceX paling optimistis. Elon Musk, Kepala Eksekutif SpaceX, yakin mereka bisa menyelesaikan proyek roket Falcon 9 dan kapsul Dragon lebih cepat daripada target McAllister. "Kami akan siap pada 2014," katanya. NASA memberikan dana US$ 75 juta untuk mengembangkan Falcon dan Dragon. Musk menjamin ongkos terbang bersama SpaceX akan lebih irit ketimbang menumpang pesawat Soyuz milik Rusia.
Dia menaksir satu kursi di pesawat Soyuz berharga sekitar US$ 63 juta sekali terbang. Bila menumpang kapsul Dragon, ujar Musk, harganya jauh lebih murah. "Hanya sepertiganya," katanya.
Sapto Pradityo (NASA, LATimes, Space.com, BBC, AviationWeek)
Columbia
Misi: 28
Pertama: 12 April 1981
Terakhir: 16 Januari 2003
Challenger
Misi: 10
Pertama: 4 April 1983
Terakhir: 28 Januari 1986
Discovery
Misi: 39
Pertama: 30 Agustus 1984
Terakhir: 24 Februari 2011
Atlantis
Misi: 32
Pertama: 3 Oktober 1985
Terakhir: 28 Juni 2011
Endeavour
Misi: 25
Pertama: 7 Mei 1992
Terakhir: 29 April 2011
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo