Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menerangkan aktivitas matahari saat ini sedang berada pada fase minimum. Fase yang terjadi periodik sekitar sebelas tahunan ini yang sedang diperbincangkan sebagai fenomena lockdown matahari---meminjam istilah penguncian wilayah terkait pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Thomas mengatakan, fase minimum matahari ditandai dengan siklus jumlah bintik Matahari paling sedikit. Tapi, meski sedikit dan disebut fase minimum, Thomas menegaskan tidak dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia di Bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Satu kali fase minimum matahari biasanya akan terjadi sekitar 2 tahun," katanya saat dihubungi, Selasa 19 Mei 2020. Dia menambahkan, fenomena itu pun tidak berpengaruh pada satelit. "Pada fase minimum, justru gangguan badai Matahari pada satelit menjadi minim juga.”
Ada fase minimum, berarti ada fase aktivitas matahari yang maksimum. Lembaga Antariksa dan Aeronautika Amerika Serikat (NASA) disebutkan Thomas telah melaporkan pada 2014 hitungan bintik Matahari relatif tinggi, dan saat ini meluncur ke titik terendah antara 2019-2020.
“Aktivitas matahari diketahui dari jumlah bintiknya. Pada 2020 ini memasuki fase minimum, jumlah bintiknya sangat sedikit,” kata Thomas.
Mengutip laman Inverse, 15 Mei 2020, yang dimaksud dengan bintik matahari adalah bintik gelap yang menandai permukaan Matahari. Bintik ini disebabkan oleh medan magnet yang menghambat transfer energi pada permukaan matahari melalui proses konveksi, di mana fluida panas naik dan fluida dingin mengalir.
Matahari mencapai fase maksimum ketika sebagian besar bintik Matahari dapat dilihat di permukaannya. Siklus Matahari terakhir, siklum 24, mencapai maksimum pada April 2014 dengan rata-rata puncak 82 bintik.
"Bahkan dengan fase minimum matahari, medan magnet Matahari sebenarnya tidak nol, itu hanya mengubah konfigurasi," kata Alexander Shapiro, ilmuwan di Institut Max Planck untuk Penelitian Sistem Tata Surya, Jerman.
Shapiro menjelaskan bahwa Matahari tidak mengalami periode aktivitas yang luar biasa rendah. Sebagai gantinya, ia melanjutkan aktivitas rutinnya.
Selama 50 tahun terakhir, dengan empat kali siklus, Matahari disebutkannya telah menjadi luar biasa aktif. Karena itu, jika menempatkan siklus matahari saat ini dalam perspektif 1.000 tahun terakhir dari sejarah Matahari, maka tidak akan ada indikasi bahwa itu tidak biasa.
Dan siklus matahari saat ini baru saja dimulai. “Meskipun mungkin memiliki sedikit awal yang lambat, para ahli memperkirakan bahwa siklus matahari akan kembali mencapai maksimum pada 2023 hingga 2026,” bunyi keterangan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika (NOAA).
INVERSE | NOAA