Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena astronomi yang menarik pada November 2024 adalah hujan meteor Taurid dan Leonid. Namun di sebagian wilayah Indonesia waktunya berbarengan dengan masuknya musim hujan. "Pengamatan hujan meteornya jadi sulit," kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan Bandung, Sabtu 2 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Avivah, hujan meteor Taurid Utara yang muncul dari rasi bintang Taurus sebenarnya sudah bisa diamati sejak 13 Oktober lalu hingga 2 Desember mendatang. Namun waktu puncak hujan meteornya pada 12 November. "Jumlahnya sekitar lima meteor per jam dengan laju 29 kilometer per jam," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rasi Taurus di arah antara timur-timur laut, terbit setelah matahari terbenam pada pukul 18.25 WIB hingga fajar menyingsing. Perpaduan hujan meteor Taurid Utara dan Selatan yang berlangsung di akhir Oktober hingga awal November bisa tampak menarik dengan kehadiran meteor yang tampak seperti bola api atau fireball.
Sementara jadwal tahunan hujan meteor Leonid dimulai 3 November hingga 2 Desember 2024. Intensitas maksimumnya, kata Avivah, antara 17 – 18 November 2024. Nanti akan terlihat muncul dari rasi bintang Leo di arah timur laut - timur dan pada waktu puncaknya bisa melesat sepuluh meteor per jam dengan kecepatan sekitar 71 kilometer per detik.
Hujan meteor Leonid yang berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle bisa mencapai 100 meteor per jam. Namun waktunya tidak sekarang melainkan pada 2031 dan 2064. Kemudian ada kemungkinan juga terjadi badai meteor Leonid pada 2099. "Jumlah meteor yang kelihatan bisa banyak banget bisa lebih dari seribu meteor per jam," ujar Avivah.
Selain itu, di arah langit yang sama yaitu timur laut-timur, ada juga hujan meteor Monocerotid mulai 15 – 25 November yang mencapai puncaknya pada 21 November. Tampak muncul dari rasi bintang Canis Minor, pada waktu maksimumnya bisa melesat lima meteor per jam mulai pukul 21.30 WIB ketika terbit sampai fajar.
Dari laman Langit Selatan, fenomena astronomi lainnya pada 9 November adalah bulan perbani awal. Perbani adalah salah satu fase Bulan ketika Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku, yakni 90 derajat.
Pada 14 November bulan mencapai jarak terdekatnya dengan bumi atau perigee sejauh 360.109 kilometer. Bulan purnama pada 16 November, lalu perbani akhir pada 23 November. Kemudian bulan akan menjauh dari bumi hingga titik apogee pada 26 November dengan jarak 405.134 kilometer.
Sementara beberapa konjungsi atau posisi bulan serta planet-planet yang seolah dekat dari pengamatan di Bumi, yaitu Bulan dengan planet Venus pada 5 November pukul 18.30 WIB, Bulan dengan Saturnus pada 11 November pukul 19.30 WIB, Bulan dengan Jupiter pada 17 November pukul 19.22 WIB, dan Bulan dengan Mars menjelang tengah malam 20 November.