Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Konferensi pers tentang kabar terkini GeNose dari UGM pada Senin 22 Agustus 2022 mengungkap kalau publikasi ilmiah alat skrining virus Covid-19 berbasis embusan napas itu telah dimuat di dua jurnal internasional. Lainnya adalah alat akan digunakan di beberapa negara tetangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat ini GeNose C19 sedang dalam proses perpanjangan izin edar sekaligus mengepakkan sayap ke Malaysia, Singapura, Jepang dan Kamboja," kata Ketua tim pengembang Genose C19, Kuwat Triyana, dalam konferensi pers.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti diketahui, di Tanah Air, GeNose sempat diragukan akurasinya pascaledakan kasus baru Covid-19 pertengahan tahun lalu. Saat ini juga tak lagi ditemukan penggunaannya di lokasi-lokasi awal keberadaannya, seperti di stasiun kereta dan terminal bus, seiring pembatasan kegiatan masyarakat yang telah banyak dikendurkan.
Dihubungi pada hari ini, Rabu 23 Agustus 2022, inventor GeNose dari Fakultas Kedokteran UGM, Dian Kesumapramudya Nurputra, menegaskan minat yang datang dari luar negeri tersebut. Dia mengatakan, minat ditunjukkan untuk menerapkan teknologi GeNose sebagai alat kesehatan masa depan, bukan hanya untuk deteksi Covid-19.
"Dan bukan kami yang melakukan pendekatan ke negara-negara itu, melainkan mereka yang menghubungi," kata Dian.
Dian mengungkapkan, komunikasi dan rintisan kerja sama penggunaan GeNose di luar negeri itu sudah berjalan sejak awal tahun ini. Ada yang lewat universitas, ada pula yang lewat swasta murni.
Hanya, Dian menerangkan, GeNose tidak bisa serta merta langsung jual dan langsung pakai. Dia menunjuk kepada aplikasi teknologi artificial intelligence (AI) sebagai otak dari GeNose.
"Perlu ada survei dan riset awal dulu tentang pola napas di negara masing-masing," kata Dian sambil menambahkan, "Soal hasilnya bagaimana, ya tunggu saja publikasi ilmiahnya."
Dian meyakini, teknologi GeNose menjanjikan di masa depan, terbukti dengan minat sejumlah kalangan dari luar negeri tersebut. Plus diterimanya publikasi ilmiah GeNose di dua jurnal internasional yang bergengsi, masing-masing, pada Mei dan Agustus tahun ini.
Menurut catatan Dian, baru ada satu alat serupa asal Belanda yang juga telah terbit publikasi ilmiahnya, namun jurnalnya dinilai Dian kalah bergengsi. Singapura dan Amerika Serikat disebutnya juga mengembangkan teknologi breathalizer namun belum ada publikasi ilmiahnya.
Penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) saat mengikuti tes Genose di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Selasa, 18 Mei 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
"Artificial intelligence in medicine adalah masa depan, teknologi big data yang saat ini sudah kita mulai lebih dulu, seperti saat Tesla dulu memulai," kata dia memberi perbandingan.
GeNose C19 untuk Covid-19 pun dipastikannya masih digunakan oleh Fakultas Kedokteran UGM. Beberapa perusahaan juga, namun Dian menolak memberikan rinciannya.
"Yang jelas kami sebagai peneliti masih terus mengembangkan alat itu," katanya merujuk kepada pengembangan 'otak' GeNose versi terbaru yang telah memiliki database subvarian Omicron BA.3 dan BA.5 seperti yang juga telah dituturkan Kuwat.