Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga nonprofit bidang pendidikan Nuffic Neso menjajaki kerja sama perguruan tinggi keagamaan di Indonesia dan Belanda. Direktur Nuffic Neso, Peter van Tuijl mengatakan kerja sama pendidikan keagamaan antara Indonesia dan Belanda ini sejalan dengan apa yang dicita-citakan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang bisa terus merawat dan meruwat nilai-nilai agama yang berlandaskan ilmu pengetahuan yang komprehensif,” ujarnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin, 13 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan pentingnya untuk mewujudkan sinergi berkelanjutan bagi perguruan tinggi keagamaan Indonesia dan Belanda. Sebelumnya, Nuffic Neso Indonesia bekerja sama dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda menggelar sesi Expert Meeting bertajuk “The Internationalization of Islamic Higher Education in Indonesia and the Netherlands’”.
Program itu bertujuan untuk mengeksplorasi perbedaan dan persamaan sistem serta kebijakan yang diterapkan di universitas keagamaan di Indonesia dan Belanda. Selain itu juga mendiskusikan titik temu dan peluang kerja sama antarperguruan tinggi di masa depan.
“Program ini harus dapat ditindaklanjuti oleh perguruan tinggi, dan tentunya juga harus melibatkan pemerintah agar manfaat kolaborasi pendidikan bisa tersebar lebih masif dan merata,” kata dia.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda Din Wahid mengatakan sejumlah kolaborasi pendidikan dan riset yang telah dilakukan antara pemerintah Indonesia dan Belanda, seperti WINNER (Week of Indonesia – Netherlands Education and Research), IISMA (Indonesian International Student Mobility Program) dan program lainya.
“Program WINNER sudah kita laksanakan dalam dua episode pada 2020 dan 2021. Saya juga mengajak untuk terlibat dalam rangkaian WINNER episode tiga yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun ini,” kata Din.
Din juga berharap agar kelak program beasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) juga bisa disediakan secara khusus bagi mahasiswa dan sivitas akademika di perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia dan menjadikan Belanda sebagai destinasi belajarnya.
Pertemuan itu menghasilkan sejumlah rekomendasi yakni perlunya program penguatan bahasa Inggris secara intensif bagi mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia, perlu adanya penyesuaian sistem kredit (SKS) yang memungkinkan mahasiswa melakukan pertukaran, dan memperbanyak kuota beasiswa studi atau riset bagi mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi keagamaan di Indonesia dan Belanda.