Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Infeksi Virus Corona, Begini Badai Sitokin Bisa Bikin Fatal

Infeksi virus corona COVID-19 dan bahkan sekadar influenza bisa berujung fatal karena fenomena yang disebut badai sitokin.

3 April 2020 | 07.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasien terinfeksi virus corona COVID-19 dan bahkan influenza bisa meninggal karena reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang disebut badai sitokin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sitokin adalah protein kecil yang dilepaskan oleh banyak sel berbeda di dalam tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh tempat mereka mengkoordinasikan respons terhadap infeksi. Reaksi berlebihan itu akhirnya memicu peradangan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari laman Newscientist, terkadang respons tubuh terhadap infeksi bisa menjadi tak terkendali. Contohnya, ketika SARS-CoV-2, virus di belakang pandemi COVID-19, memasuki paru-paru. Ia memicu respons kekebalan tubuh, menarik sel-sel kekebalan ke wilayah tersebut untuk menyerang virus, yang mengakibatkan peradangan lokal.

Pada beberapa pasien, tingkat sitokin yang berlebihan atau tidak terkontrol yang kemudian mengaktifkan lebih banyak sel imun, yang menghasilkan hiperinflamasi. Ini pada akhirnya dapat membahayakan atau bahkan membunuh si pasien.

Nama sitokin berasal dari kata Yunani untuk sel (cyto) dan gerakan (kinos). Badai sitokin adalah komplikasi umum tidak hanya pada COVID-19 dan flu, tapi juga penyakit pernapasan lainnya yang disebabkan oleh virus corona seperti SARS dan MERS. Sitokin juga bisa berhubungan dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.

Fenomena Badai Sitokin ini menjadi lebih dikenal setelah wabah virus flu burung atau H5N1 pada 2005. Saat itu tingkat kematian yang tinggi dikaitkan dengan respons sitokin yang tidak terkendali.

Badai sitokin mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang memiliki reaksi parah terhadap virus corona sementara yang lain hanya mengalami gejala ringan. Mereka juga bisa menjadi alasan mengapa anak-anak kurang terpengaruh, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang, sehingga menghasilkan tingkat sitokin penggerak peradangan yang lebih rendah.

NEWSCIENTIST

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus