Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WASHINGTON - Sampel yang dikumpulkan dari lokasi serangan senjata kimia di daerah pinggiran Damaskus, Suriah, pada 21 Agustus lalu, membuktikan penggunaan gas saraf sarin.
"Dalam 24 jam, tes yang dilakukan Amerika Serikat terhadap sampel dari Damaskus timur serta sampel darah dan rambut korban menunjukkan hasil positif untuk sarin," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada 1 September lalu.
Namun hasil resmi penyelidikan tim Perserikatan Bangsa-Bangsa belum memastikan penggunaan sarin. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan setidaknya perlu dua pekan sebelum hasil final analisis itu siap.
Para inspektur PBB yang bertugas menentukan senjata kimia itu juga menghadapi berbagai tantangan. Selain mengalami penundaan untuk masuk ke lokasi ledakan, tim penyelidik ditembaki.
Penundaan itu sangat merugikan karena tim harus mengumpulkan sampel sesegera mungkin, sebelum zat kimia yang tersisa itu menguap atau hilang. Namun, jika agen saraf yang digunakan bersifat tahan lama, semisal sarin, jejak racun itu akan tertinggal di tanah hingga 29 pekan sebelum terdegradasi.
Dalam wawancara dengan Scientific American, Charles Blair, pakar terorisme, senjata kimia, dan biologis, menyatakan bahwa jika terjadi penyebaran sarin di dekat sebuah lubang, sisa-sisa sarin akan tertinggal di dasarnya. "Banyaknya korban tewas dalam serangan itu menunjukkan bahwa zat kimia yang dipakai juga dalam jumlah besar-jika memang itu sarin," ujar dia.
Untuk menguji sampel itu, kata Blair, tim PBB dapat mengetes langsung di lokasi atau membawanya ke salah satu dari 20 laboratorium bersertifikasi di luar Suriah. "Biasanya tim melakukan keduanya," ujar dia. "Sampel dibagi menjadi delapan bagian, kemudian disegel untuk mencegah kontaminasi."
Dua bagian di antaranya akan dianalisis langsung di lokasi. Satu bagian sampel dikirim ke negara anggota penyelidik, dan satu bagian lain dikirim untuk dianalisis di laboratorium bersertifikasi. Setiap sampel akan ditimbang dan ditimbang ulang sebelum dan sesudah pengiriman untuk menjamin tak ada sabotase.
Blair, yang juga senior fellow Federation of American Scientists, mengatakan bahwa sampel itu akan diuji menggunakan kromatografi gas dan spektrometri massa, yang akan mengurai sampel menjadi berbagai zat kimia di dalamnya. Tim akan mengidentifikasi zat kimia tersebut, membandingkannya dengan database lebih dari 2.000 zat kimia, sehingga butuh waktu cukup lama untuk memastikannya.
Kendati senjata kimia yang digunakan dalam serangan yang menewaskan ratusan penduduk sipil di Suriah itu belum dapat dikonfirmasi, banyak pakar yakin gas saraf sarin atau gas beracun lain telah dipakai. Sarin adalah gas saraf buatan manusia yang awalnya dikembangkan sebagai pestisida di Jerman pada 1938. Secara kimiawi, gas itu mirip dengan kelompok pestisida yang dikenal sebagai organofosfat.
Gas yang juga dikenal sebagai GB itu adalah bagian dari kelas senjata kimia yang disebut agen saraf seri G yang dikembangkan selama Perang Dunia II. Itulah sebabnya, gas beracun itu diberi nama seperti ilmuwan Jerman yang mensintesis senyawa tersebut, yakni Schrader, Ambros, Rdiger, dan Van der Linde. Agen saraf lain dalam kelas itu adalah tabun, soman, dan cyclosarin.
Pada temperatur ruangan, agen saraf seri G itu adalah cairan volatil, yang tidak stabil dan mudah menguap. Namun sarin adalah senyawa yang paling volatil di kelasnya.
Dalam bentuk murninya, sarin adalah cairan bening tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Agen saraf itu terbuat dari empat senyawa kimia umum, yaitu dimethyl methylphosphonate, phosphorus trichloride, sodium fluoride, dan alkohol.
Begitu berada di dalam tubuh, entah terhirup masuk saluran pernapasan atau tertelan, agen saraf ini akan mempengaruhi mekanisme penyampaian sinyal yang digunakan sel saraf untuk berkomunikasi dengan sel saraf lain. Sarin adalah inhibitor cholinesterase, yang berfungsi menghambat kerja enzim cholinesterase. Ketika sel saraf mengirimkan pesan kepada sel saraf lain, misalnya untuk memicu otot berkontraksi, pesan disampaikan menggunakan asetilkolin. Tanpa cholinesterase untuk menghentikan asetilkolin, otot akan terus berkontraksi tanpa terkendali. Inilah yang membuat korban mati kehabisan napas karena diafragma terus berkontraksi.
Selain sarin, beberapa pakar menduga senjata kimia yang digunakan adalah kombinasi antara sarin dan VX, yang 100 kali lipat lebih beracun daripada sarin. Meski cara kerjanya serupa dengan sarin, VX berbentuk cair. Terpapar VX sebanyak 10 miligram pada kulit bisa membunuh manusia. NBC | REUTERS | SCIENTIFIC AMERICAN | NATURE | TJANDRA DEWI
Cara Kerja Gas Saraf Sarin
Penggunaan gas saraf sarin, yang diduga kuat telah dipakai dalam serangan senjata kimia di Damaskus, Suriah, sangat sulit dibuktikan. Untuk mengumpulkan bukti yang cukup kuat, para inspektur PBB memerlukan tanah, darah, atau sampel rambut langsung dari area serangan atau korban untuk diperiksa dalam laboratorium yang bersertifikasi.
Sarin: Gas saraf buatan manusia yang dikembangkan selama masa Perang Dunia II. Gas itu terurai dengan cepat setelah dilepas, tapi dalam jumlah yang amat kecil dapat tertinggal dalam darah korban selama 16-26 hari.
Serangan Gas Saraf
Sistem saraf bergantung pada transmisi sinyal melalui pertemuan antara dua serabut sel saraf yang disebut sinapsis.
- Impuls listrik Impuls memicu lepasnya neurotransmitter kimia, asetilkolin (ACh)
-Enzim mengurai Ach untuk membebaskan situs penerima dan mencegah terjadinya over stimulasi.
- Sel saraf
- Ach
- Sel saraf pre-sinapsis
- Ach
- Ach
- Molekul reseptor
- ACh melekat pada molekul reseptor, merangsang sel untuk menembakkan impuls.
- Sel post-sinapsis
- Reseptor terus menembakkan impuls ketika korban dengan cepat kehilangan kendali atas fungsi-fungsi vital.
- Molekul Sarin memblokir enzim yang dapat mengurai Ach, sehingga meningkatkan level Ach pada reseptor.
SARIN
- Tampilan: Tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.
- Bentuk: Zat cair yang menguap dengan cepat menjadi gas dan menyebar.
- Penyerapan: Kontak dengan kulit, tertelan atau terhirup.
- Efek: Bila terhirup dapat menyebabkan kematian dalam 1-10 menit setelah terpapar.GRAPHIC NEWS
Senjata Kimia
Senjata kimia paling berbahaya adalah agen atau zat kimia yang bekerja mempengaruhi saraf. Selain sarin, terdapat agen saraf cyclosarin yang cara kerjanya sama dengan sarin, tapi dua kali lebih toksik. Berada dalam ruangan seluas 1 meter persegi yang dialiri cyclosarin 35 milligram bisa membuat orang mati dalam 1 menit.
Senjata kimia mirip sarin lainnya adalah soman. Bedanya, soman bekerja lebih cepat, dalam waktu 40 detik hingga 10 menit. Soman hampir sama beracunnya seperti cyclosarin.
VX adalah agen saraf mirip sarin, tapi dalam bentuk likuid, bukan gas seperti sarin. Toksisitasnya 10-100 kali lipat daripada sarin.
Agen saraf lain yang lebih mematikan adalah novichoks, yang dibuat dari dua zat kimia biasa. Ada tiga versi novichoks, dan seluruhnya jauh lebih beracun daripada VX. Beberapa bahkan 10 kali lipat lebih beracun.
Untuk mencegah kontak dengan senjata kimia ini tidak mudah. Di medan tempur, prajurit harus mengenakan masker gas dan pelindung kulit atau mengenakan pakaian khusus kedap air dan udara.
SEJARAH
EFEK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo